HFC Penyebab Pemanasan Global
Perkembangannya, muncul HFC yang merupakan senyawa alternatif pengganti dari HCFC. Apakah HFC juga berbahaya?
Laksmi menjelaskan, HFC bukanlah BPO. Namun penggunaan HFC dapat memicu efek Gas Rumah Kaca (GRK) yang berpotensi menyebabkan pemanasan global. Dengan demikian penggunaan HFC pun perlu dikendalikan.
“Pengendalian konsumsi HFC melalui penerapan Amendemen Kigali akan membantu mencegah pemanasan global sampai dengan 0,4°C pada tahun 2100. Tentunya tetap melindungi lapisan ozon,” kata Laksmi.
Baca Juga: Beruntun Laut Maluku Diguncang Gempa Magnitudo di Atas 5 Hari Ini
Dalam memenuhi target pengurangan tersebut, KLHK bersama dengan seluruh pemangku kepentingan akan menyusun skenario pengurangan konsumsi dengan mempertimbangkan kepentingan dan prioritas nasional. Skenario ini dimungkinkan terus berkembang sesuai perkembangan teknologi alternatif pengganti HFC, kesiapan pasar industri dan pasar, serta aspek sosial dan ekonomi.
“Jadi sosialisasi dilakukan kepada pemangku kepentingan, terutama pelaku industri selaku pengguna, importir, dan asosiasi industri,” kata Laksmi.
Peran pakar melalui pendekatan sains atau riset pun dilibatkan agar para pemangku kepentingan itu lebih memahami Amendemen Kigali dan target peta jalannya. Sosialisasi tersebut diharapkan dapat menyebarluaskan informasi mengenai pengaturan Amendemen Kigali dan memperkuat upaya kolektif seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai target pengurangan konsumsi HFC di Indonesia.
Baca Juga: Gempa Mag5,5 Guncang Laut Maluku, Tempo 30 Menit 2 Gempa Susulan Terjadi
Sebagai negara pihak Amendemen Kigali, Indonesia akan mendapatkan banyak manfaat. Antara lain meningkatkan daya saing industri nasional dengan mendorong pertumbuhan inovasi teknologi yang lebih ramah lingkungan, meningkatkan kapasitas SDM untuk menangani teknologi alternatif pengganti HFC yang mudah terbakar, dan peluang meningkatkan efisiensi energi melalui penggunaan bahan alternatif pengganti HFC. Pengendalian konsumsi HFC juga akan akan menambahkan target dan aksi mitigasi dalam kontribusi yang ditetapkan secara nasional kedua (Second NDC) pada 2024.
Berdasarkan hasil inventarisasi penggunaan HFC selama periode 2015-2019, terdapat lima jenis HFC yang paling banyak diimpor, yaitu HFC-134a dengan GWP 1.430; HFC-32 dengan GWP 675; R-410A dengan GWP 2.087,5; R-404A dengan GWP 3.921,6, dan R-407C dengan GWP 1.773,85 yang banyak digunakan pada industri pendingin dan tata udara. Namun sektor penggunaan HFC tidak terbatas pada industri pendingin dan tata udara, tapi juga mencakup industri busa (foam), pencegah kebakaran (fire suppressant), pelarut (solvent), dan lain-lain. Jenis dan sektor penggunaan HFC akan bertambah sesuai perkembangan teknologi. [WLC02]
Sumber: ppid.menlhk.go.id, ditjenppi.menlhk.go.id
Discussion about this post