Direktur SDM & Penunjang Bisnis Pertamina RNE, Said Reza Pahlevy, menambahkan untuk mendukung percepatan transisi energi di Indonesia, Pertamina berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk UGM. PLTS di UGM yang diinisiasi pada awal 2021 pada pelaksanaan di lapangan berdinamika menyangkut soal perizinan, birokrasi di internal Pertamina dan lain-lain.
Baca Juga: Gempa Dangkal 5,4 Magnitudo di Selat Sunda Banten
“Alhamdulilah, akhir September 2022 dapat diimplementasikan,” kata Said.
Ia mengaku tidak mudah mewujudkan proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT). Seperti proyek-proyek di internal Pertamina, misalnya upaya memasang PLTS di koperasi-koperasi atau SPBU-SPBU yang jumlahnya mencapai hampir 1.000 SPBU.
Proyek-poyek tersebut terkadang terkendala perizinan dari kementerian atau pihak PLN yang memberikan batasan tertentu. Bahkan beberapa alat PLTS yang sudah terlanjur dipasang di beberapa tempat, tidak bisa beroperasi mengingat perizinan belum tuntas.
Baca Juga: Rahadian Pratama: Teknologi Oxford Nanopore Menggali Potensi Kayu Hutan
Said menjelaskan, perizinan tersebut berlapis. Mulai dari Kementerian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), juga Perusahaan Listrik Negara (PLN).
“Tapi kami tidak pernah berhenti untuk mengampanyekan. Mengingat PLTS ini salah satu energi terbarukan paling mudah sebenarnya. Dari sisi teknologi juga tidak begitu complicated,” terang Said.
Pihaknya juga akan memberikan dukungan untuk mewujudkan energi bersih, baik dengan pelatihan maupun pembekalan untuk operasionalisasi PLTS di UGM. [WLC04]
Sumber: UGM
Discussion about this post