Wanaloka.com – Menjadi Guru Besar saat usia lanjut sudah biasa. Namun meraih gelar profesor sehingga mencapai jenjang karier tertinggi bidang akademik sebagai guru besar saat usia muda, Pramaditya Wicaksono mengalaminya. Dalam usia 35 tahun 11 bulan, ia telah merangkai gelar itu pada deretan namanya: Prof. Dr. Pramaditya Wicaksono, SSi, MSc.
Prama menjadi Guru Besar Bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di Fakultas Geografi UGM terhitung sejak 1 Juni 2023. Sebagai guru besar termuda, ia memecahkan rekor sebelumnya yang dicapai Prof. apt. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D. yang meraihnya pada usia 36 tahun 9 bulan. Rencananya ia akan menyampaikan pidato pengukuhan guru besar di bulan Maret 2024 mendatang.
Sejak menempuh pendidikan doktoral, ia banyak meneliti terkait pengembangan metode penginderaan jauh untuk pemetaan padang lamun sebagai penyerap karbon. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan hotspot padang lamun dunia, termasuk salah satu negara dengan jumlah spesies lamun terbanyak di dunia.
Baca Juga: Pusat Pengendalian Pencemaran Asap Lintas Batas ASEAN Diresmikan
Sementara padang lamun memiliki potensi untuk menyerap dan mengubur karbon hingga 35 kali lebih efisien daripada hutan tropis. Hanya saja, saat ini belum ada data pasti terkait luasan padang lamun di Tanah Air karena setiap institusi melakukan pemetaan dengan cara dan metode masing-masing.
Melihat potensi dan kondisi tersebut, ia saat ini menjadi koordinator pemetaan padang lamun nasional berkolaborasi dengan BRIN, KKP, BIG, Universitas Hasanuddin, serta The University of Queensland. Saat ini, ia juga sedang mengembangkan metode otomatisasi pemetaan stok karbon atas permukaan padang lamun dengan menggunakan citra satelit Sentinel-2.
Jalan karier akademis laki-laki kelahiran Semarang pada 6 Juli 1987 ini tergolong unik. Usai loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa menduduki posisi lektor kepala terlebih dulu. Lantaran Jumlah angka kredit dosen yang dipersyaratkan sebagai profesor telah dipenuhi Prama.
Baca Juga: Tahniah, Elang Jawa Satwa yang Terancam Punah Berbiak di TNGGP
Target Sebelum 40 Tahun
Menjadi guru besar saat muda usia, bagi Prama adalah anugerah. Apalagi gelar itu menjadi target khususnya. Namun tetap saja ia tidak menyangka bisa meriahnya dalam usia semuda ini.
“Targetnya sebelum 40 tahun bisa jadi guru besar,” aku Prama di Fakultas Geografi UGM, Selasa, 5 September 2023.
Selain loncat jabatan, percepatan raihan jabatan guru besar juga karena ia produktif melakukan penelitian dan publikasi ilmiah. Setiap tahun, ia memiliki rata-rata lima publikasi ilmiah yang berhasil diterbitkan. Hingga saat ini tercatat ada 55 publikasi pada jurnal ilmiah nasional dan internasional bereputasi yang telah dibuatnya. Juga menghasilkan 76 tulisan yang diterbitkan dalam prosiding, book chapter, buletin, serta media massa.
Baca Juga: Kisah 12 Perempuan Penguak Potensi Sumber Daya Laut Dibukukan
“Saya memang senang riset dan menulis. Passionnya di situ, jadi ya hepi-hepi aja ngejalaninnya. Saya juga berusaha fokus pada bidang ilmu yang saya tekuni, sehingga bisa produktif menghasilkan sesuatu untuk bidang keilmuan tersebut,” papar Prama.
Ia merasa tertolong bisa cepat mencapai jabatan guru besar karena diberi amanah menduduki sejumlah jabatan di fakultas. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Departemen Sains Informasi Geografi di Fakultas Geografi UGM. Sejumlah jabatan lain di Fakultas Geografi yang diembannya adalah Koordinator Coastal Biodiversity Remote Sensing Group, Koordinator Blue Carbon Research Group, Pembina Himpunan Mahasiswa Sains Informasi Geografi (HMSaIG), serta Editorial Board of Indonesian Journal of Geography (IJG).
Discussion about this post