Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Raden Wisnu, Perdagangan Orangutan karena Alasan Ekonomi hingga Hutan Primer Berkurang

Kondisi ekonomi yang sulit seringkali membuat masyarakat menganggap satwa liar, termasuk orangutan merupakan sumber mata pencaharian alternatif.

Rabu, 3 September 2025
A A
Guru Besar Bidang Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Raden Wisnu Nurcahyo. Foto conference.polije.ac.id.

Guru Besar Bidang Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Raden Wisnu Nurcahyo. Foto conference.polije.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Perdagangan satwa liar di Indonesia disinyalir sudah berlangsung sejak sekitar 30 tahun lalu. Sementara tren perdagangan orangutan meningkat usai krisis moneter 1998 terjadi.

Menurut Guru Besar Bidang Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada dan pengamat satwa liar, Prof. Raden Wisnu Nurcahyo, faktor ekonomi menjadi penyebab utama masyarakat terlibat dalam perdagangan satwa dilindungi, meskipun sudah ada aturan hukum yang ditetapkan. Kondisi ekonomi yang sulit seringkali membuat masyarakat menganggap satwa liar, termasuk orangutan merupakan sumber mata pencaharian alternatif.

“Harga jualnya yang tinggi mendorong praktik ini terus terjadi,” kata dia, Selasa, 2 September 2025.

Baca juga: Limbah Nikel dan Abu PLTU untuk Bahan Bangun Infrastruktur

Ditambah lagi, jalur distribusi perdagangan kerap memanfaatkan rute-rute kecil yang sulit terdeteksi, membuat praktik penyelundupan sulit dilacak. Wisnu menilai situasi ini membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif. Tidak hanya penegakan hukum, tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat agar tidak bergantung pada hasil tangkapan satwa.

Sementara tak banyak orang tahu dan menyadari, bahwa praktik tersebut bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga mengancam keseimbangan ekosistem hutan. Orangutan memiliki peran penting sebagai satwa kunci dalam menjaga keseimbangan hutan. Melalui kebiasaan mengonsumsi buah-buahan, orangutan membantu penyebaran biji tanaman melalui fesesnya.

“Biji-biji itu kemudian tumbuh menjadi tunas baru dan memperkaya biodiversitas. Jadi, hilangnya orangutan akan berdampak pada hilangnya fungsi alami regenerasi hutan,” papar dia.

Baca juga: Cacing Gelang dalam Tubuh Balita, Pakar Sebut Masalah Kecacingan di Indonesia Belum Terkendali

Di sisi lain, penurunan populasi orangutan juga berhubungan dengan berkurangnya hutan primer akibat kebakaran, pembalakan, dan konversi lahan. Orangutan tidak dapat hidup di hutan tanaman industri, seperti sawit atau kayu. Berkurangnya hutan primer membuat satwa ini kian terdesak, sekaligus meningkatkan risiko kerusakan ekosistem dan perubahan iklim.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Fakultas Kedokteran Hewan UGMorangutanPerdagangan satwa liar

Editor

Next Post
Salah satu beras produk pertanian lestari yang dijual di Angkringan Karisma, Sabtu, 27 April 2024. Foto Pito Agustin Rudiana/Wanaloka.com.

Integrasi Sistem Pangan dan Pertanian Rendah Karbon Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media