Baca Juga: Status Gunung Marapi Naik Level Siaga, Waspadai Gas Beracun
Dwi Sarah juga menyampaikan bahwa tim periset BRIN melakukan investigasi in situ yang mengungkap kondisi bawah permukaan di beberapa daerah, memberikan gambaran yang penting terkait fenomena amblesan tanah dan implikasinya.
Di DKI Jakarta Utara, batuan sedimen berumur muda yang dominan terdiri dari endapan batu lempung yang tebal dengan sisipan pasir tipis. Meskipun laju amblesannya telah menurun, tetapi tetap terlihat ada amblesan tanah di peta, menandakan potensi terkompaksinya secara alami.
Sementara itu, hasil investigasi di Pekalongan menunjukkan kondisi bawah permukaannya didominasi oleh endapan lempung dengan sisipan pasir dan tanah organik yang secara gradual dari selatan ke utara, menunjukkan penurunan daya dukung dari menengah hingga rendah. Fenomena amblesan ini tidak hanya terpusat di Kota Pekalongan, tetapi juga telah meluas ke wilayah barat, masuk ke daerah Kabupaten Pekalongan.
Baca Juga: Walhi Jatim Serukan Perusak Pohon untuk Peraga Kampanye Ditindak Tegas
Sedangkan di Semarang dan Demak, hasil penelitian menunjukkan amblesan tanah didorong oleh faktor alami dan antropogenik. Di Semarang, laju kompaksi alamiah sangat kecil, sehingga amblesan tanah dipicu oleh faktor antropogenik. Di Demak, laju amblesan alami bisa mencapai 2 cm, menunjukkan pengaruh kedua faktor tersebut.
Potensi bencana di Pantura akibat amblesan tanah, dengan laju antara 5 hingga 10 cm per tahun, berdampak pada kenaikan permukaan laut sebesar 3-10 mm per tahun, meningkatkan potensi banjir rob dan kerusakan infrastruktur. Untuk menanggulangi bahaya ini diperlukan strategi jangka pendek dan panjang yang perlu diterapkan.
Baca Juga: Longsor di Banjarnegara Terjang 2 Dusun
Strategi jangka pendek mencakup penanggulangan dampak segera seperti banjir. Sementara jangka panjang mempertimbangkan pengurangan laju amblesan. Ini bisa dilakukan melalui kombinasi mitigasi struktural (pembangunan struktur penahan banjir) dan non-struktural (manajemen air, penggunaan air permukaan, zona konservasi air tanah), serta pemantauan terus-menerus terhadap amblesan tanah dan muka air tanah.
“Temuan riset ini memberikan pandangan mendalam tentang kondisi bawah permukaan dan potensi amblesan tanah di wilayah Pantura, sehingga memberikan dasar penting untuk strategi mitigasi dan perlindungan terhadap fenomena amblesan tanah yang mengancam wilayah tersebut,” papar Dwi. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post