Selasa, 13 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Riset BRIN, Amblesan Tanah Jadi Bahaya Tersembunyi karena Sulit Terdeteksi

Amblesan tanah menjadi bahaya tersembunyi di kawasan Pantai Utara Jawa. Namun bisa jadi ancaman masa depan di kawasan lain.

Kamis, 11 Januari 2024
A A
Amblesan tanah di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah. Foto Dok. BPBD Semarang.

Amblesan tanah di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah. Foto Dok. BPBD Semarang.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Fenomena amblesan tanah (land subsidence) adalah penurunan muka tanah yang disebabkan pergerakan material di bawah permukaan. Fenomena ini seringkali berlangsung secara perlahan, sulit terdeteksi secara langsung di lapangan, tetapi memiliki dampak yang signifikan, sehingga menyimpan bahaya tersembunyi (silent hazard).

“Proses penurunan tanah ini berjalan sangat lambat dalam order, mungkin milimeter hingga sentimeter per tahun. Jadi sulit dikenali di lapangan. Namun dampaknya terasa nyata,” kata Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dwi Sarah dalam acara Seminar Nasional bertema “Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall)” di Jakarta pada 10 Januari 2024.

Berdasarkan penelitian, land subsidence bukanlah masalah lokal semata. Lebih dari 200 lokasi di 34 negara, khususnya di daerah pesisir, mengalami amblesan tanah. Penyebabnya dapat berasal dari faktor alami seperti tektonik, kompaksi alami endapan yang masih muda, serta faktor antropogenik seperti eksploitasi air tanah berlebihan dan penambahan beban di permukaan.

Baca Juga: Ismawan, Waspada Gempa Meski Tinggal di Zona Sesar Belum Dipetakan

Daerah rawan amblesan tanah meliputi Pantai Utara (Pantura) Jawa, Sumatera bagian timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Endapan-endapan seperti endapan aluvial, endapan danau, gambut, dan tanah organik yang masih muda atau berumur kuarter menjadi kriteria khusus yang rawan terhadap fenomena ini.

Dwi menjelaskan amblesan tanah tidak hanya terjadi di Pantura. Melainkan potensi serupa juga mengancam daerah lain di Indonesia pada masa mendatang. Pantura Jawa, secara geologi, terdiri dari endapan aluvial berumur muda hingga berumur kuarter, yang meliputi wilayah dari Jakarta hingga Surabaya.

“Jadi ke depannya bisa mengantisipasi juga ada permasalahan yang sama di daerah-daerah lain di Indonesia,” kata Dwi yang melakukan riset amblesan tanah di Pantura.

Baca Juga: Usai Status Awas, Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Setinggi 2 Km

Amblesan tanah di Pantura Jawa telah terjadi sejak beberapa dekade lalu, dimulai pada tahun 1970-an di Jakarta, 1980-an di Semarang, dan 1985 di Pekalongan. Proses ini telah berlangsung cukup lama dan masih terus berlanjut hingga saat ini.

Berdasarkan Pemantauan Global Navigation Satellite System (GNSS) menunjukkan adanya hotspot titik-titik di kota-kota Pantura yang rawan terhadap amblesan seperti Jakarta, Bekasi, Cirebon, Pekalongan, Kendal, Surabaya, Sidoarjo. Sedangkan berdasarkan pemantauan dengan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) pada tahun 2007 hingga 2009, tampak amblesan tanah di Jakarta cukup tinggi antara 5 hingga 15 cm per tahun. Bahkan sudah muncul fenomena amblesan di kabupaten dan kota Bekasi dengan laju 2 hingga 3 cm.

“Pemantauan terkini dari 2015 hingga 2020 menunjukkan adanya perlambatan laju subsidence di Jakarta yaitu ditemukan hingga maksimal 5 cm per tahun. Sementara di daerah Bekasi laju subsidence-nya meningkat hingga mencapai 2 hingga 5 cm per tahun,” sebutnya.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: amblesan tanahBRINland subsidencePantai Utara Jawasilent hazardtanggul laut

Editor

Next Post
Gambaran peta cuaca ekstrem yang diprediksi hingga Februari 2024. Foto Dok. BMKG.

BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem Mengancam hingga Februari 2024

Discussion about this post

TERKINI

  • Pusat gempa 5,3 mangitudo di Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Foto inatews.bmkg.go.id.Deformasi Lempeng Picu Gempa 5,3 Magnitudo di Mandailing Natal
    In News
    Senin, 12 Mei 2025
  • Ahli Manajemen Vertebrata Hama dan Ilmu Hama Tumbuhan IPB University, Swastiko Priyambodo. Foto Dok. IPB University.Swastiko Priyambodo, Pengendalian Tikus Sawah Tak Hanya Andalkan Burung Hantu
    In Sosok
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Lalat hinggap di atas makanan. Foto lengocson238/pixabay.com.Lalat Bikin Risih di Meja Makan, Bagaimana Jika Bumi Tanpa Serangga?
    In IPTEK
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Kupu-kupu dan lebah tengah membantu penyerbukan bunga Matahari. Foto keywest3/pixabay.com.Populasi Kupu dan Lebah Menurun, Dampak Aktivitas Manusia dan Pembangunan
    In IPTEK
    Sabtu, 10 Mei 2025
  • Ilustrasi vaksinasi global. Foto neelam279/pixabay.com.Penanganan Covid-19 Abaikan TBC, Kini Indonesia Jadi Partisipan Uji Klinik Global Vaksin M72
    In Rehat
    Sabtu, 10 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media