Rabu, 23 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Riset Paleotsunami Temukan Jejak Tsunami Raksasa Dua Kilometer dari Bandara Yogyakarta

Riset ini merupakan studi ilmiah untuk mendeteksi jejak tsunami purba berdasarkan data geologi melalui lapisan sedimen yang tersimpan di tanah dan batuan. Bahkan bisa memetakan peristiwa tsunami yang terjadi ribuan tahun lalu.

Minggu, 20 Juli 2025
A A
Riset paleotsunami di pesisir selatan Kulon Progo menemukan ada jejak tsunami raksasa sejauh dua kilometer dari Bandara YIA. FOTO Dok. BRIN.

Riset paleotsunami di pesisir selatan Kulon Progo menemukan ada jejak tsunami raksasa sejauh dua kilometer dari Bandara YIA. FOTO Dok. BRIN.

Share on FacebookShare on Twitter

Dirinya berharap, temuan ini menjadi bagian dari pengambilan kebijakan berbasis data ilmiah. Sehingga, mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih tepat, efektif, dan menyeluruh.

Tsunami di dekat Bandara YIA

Sebelumnya, lapisan-lapisan yang lebih muda sudah ditemukan di lokasi lain, seperti di Lebak dan Pangandaran. Keberadaan lapisan-lapisan itu menunjukkan kejadian tsunami besar kemungkinan telah berulang lebih dari sekali di wilayah tersebut.

Di Kulon Progo, lokasi posisi temuan berjarak hanya sekitar dua kilometer sebelah timur dari lokasi Bandara Internasional Yogyakarta (YIA). Sementara bandara juga memiliki jarak lebih dekat dengan bibir pantai sekitar 300 meter, namun tidak memiliki fasilitas penahan tsunami yang memadai.

Baca juga: Baiquni, Lima Pilar Mitigasi untuk Mengendalikan Risiko Pendakian Gunung

Berbeda halnya dengan Bandara Sendai di Jepang yang berjarak satu kilometer dari bibir pantai. Meskipun telah dilengkapi tanggul dan hutan buatan, tetap terdampak parah akibat tsunami raksasa Tohoku tahun 2011.

Seiring kehadiran bandara, kawasan di sekitarnya pun ikut berkembang pesat. Berbagai fasilitas seperti hotel, restoran, hingga destinasi wisata baru akan ikut bermunculan. Peningkatan aktivitas ini, meski memberikan dampak positif dari sisi ekonomi, juga secara tidak langsung menambah kerentanan wilayah terhadap potensi bencana.

Perkembangan yang berlangsung secara masif tanpa memperhitungkan risiko kebencanaan justru dapat memperbesar dampak bila terjadi peristiwa ekstrim seperti tsunami.

Baca juga: Wisatawan Gunung Rinjani Asal Belanda Jatuh di Kedalaman 20-30 Meter

“Melalui kajian kebencanaan ini, BRIN terus mendorong agar sains menjadi bagian tak terpisahkan dari proses perencanaan dan pembangunan, khususnya di wilayah rawan bencana,” tegas Purna.

Dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan, hasil riset seperti ini diharapkan tidak berhenti sebagai dokumen ilmiah, melainkan menjadi pijakan nyata dalam mewujudkan pembangunan yang adaptif, aman, dan berkelanjutan.

Setiap pembangunan yang dilakukan tentu memiliki manfaat yang besar. Namun, dalam konteks wilayah rawan bencana, penting bagi semua pihak untuk bersama-sama membangun dengan kesadaran risiko dan berpijak pada data ilmiah. Di sinilah peran riset kebencanaan BRIN hadir. Riset paleotsunami menunjukkan bahwa masa lalu menyimpan pelajaran penting untuk menata masa depan yang lebih aman.

Baca juga: Bahaya Melepas Ular Peliharaan ke Alam, Sayangnya Belum Ada Aturannya

Terlebih, sebagai negara yang berada di jalur pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, Indonesia secara geologis dikenal sebagai wilayah yang rentan terhadap bencana, termasuk gempa bumi dan tsunami. Salah satu kawasan yang menyimpan potensi tersebut adalah pesisir selatan Jawa, yang kini berkembang sebagai pusat aktivitas ekonomi dan infrastruktur strategis.

“Dengan pesatnya pembangunan di wilayah ini, riset kebencanaan geologi menjadi semakin penting untuk memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan mitigasi risiko. Salah satunya adalah melalui kajian paleotsunami,” kata dia. [WLC02]

Sumber: BRIN

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Bandara YIABRINKulon Progopesisir selatan Jawariset paleotsunamitsunami raksasa

Editor

Next Post
Spesies jamur Indonesian Wild Shiitake yang ditemukan di Jambi. Foto Hayai Journal of Biosciences.

Temuan Indonesian Wild Shiitake, Bukti Jutaan Spesies Jamur Belum Terungkap

Discussion about this post

TERKINI

  • Direktur RFMRC-SEA, Prof. Bambang Hero Saharjo. Foto Istimewa.Bambang Hero, Ada Dua Rekomendasi Hadapi Peningkatan Karhutla Ekstrem
    In Sosok
    Senin, 21 Juli 2025
  • Kondisi lahan dan hutan yang terbakar di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, 21 Juli 2025. Foto Dok. BNPB.Hasil Tinjauan BNPB, Kebakaran Lahan dan Hutan Terjadi di Seluruh Wilayah Riau
    In Bencana
    Senin, 21 Juli 2025
  • Spesies jamur Indonesian Wild Shiitake yang ditemukan di Jambi. Foto Hayai Journal of Biosciences.Temuan Indonesian Wild Shiitake, Bukti Jutaan Spesies Jamur Belum Terungkap
    In Rehat
    Minggu, 20 Juli 2025
  • Riset paleotsunami di pesisir selatan Kulon Progo menemukan ada jejak tsunami raksasa sejauh dua kilometer dari Bandara YIA. FOTO Dok. BRIN.Riset Paleotsunami Temukan Jejak Tsunami Raksasa Dua Kilometer dari Bandara Yogyakarta
    In Rehat
    Minggu, 20 Juli 2025
  • Pulau Tokonanaka, pulau kecil di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Foto Dok. Tim KKN UGM Saba Mortara.Dibuka Jalur Pendakian Puncak Pulau Kecil di Morowali, Pulau Tokonanaka
    In Traveling
    Sabtu, 19 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media