Apa Itu IOWave?
Kegiatan IOWave23 merupakan agenda internasional yang diselenggarakan oleh Inter-governmental Commision Group/Indian Ocean Tsunami Warning System (ICG/IOTWS) secara rutin dan berkala dalam 2 tahunan yang diikuti serentak di 28 negara di Samudera Hindia sejak 2009.
Ada tiga tujuan penyelenggaraan IOWave 2023. Pertama, menguji sistem InaTEWS terkait waktu kirim dan tiba, isi dan penerima. Kedua, menguji pemahaman isi berita dan penerjemahannya menjadi tindakan tanggap bencana. Ketiga, menguji rantai peringatan dini terkait uji standar operasional prosedur, keterlibatan para pihak, tautan komunikasi di daerah terkait operator 24/7, termasuk kelengkapan alat komunikasi.
Kegiatan tersebut juga menjadi perangkat efektif melatih dan menguji SOP Peringatan Dini Tsunami secara “End to End” dari hulu ke hilir, yaitu dari Tsunami Service Provider (TSP) kepada National Tsunami Warning Center, kemudian diteruskan ke Disaster Manajemen Office dan Community.
Baca Juga: Perusahaan Tambang Nikel Gugat UU 27 Tahun 2007, Walhi: Ancaman Kelangsungan Hidup Pulau Kecil
Hanif menyebut pelatihan tersebut merupakan salah satu bentuk kontribusi dan komitmen Indonesia untuk Inisiatif Global Early Warning For All. IOWave menjadi sarana evaluasi bagaimana peringatan dini terkoneksi dari hulu ke hilir.
“Akses peringatan dini saja tidak cukup, melainkan warning tersebut harus direspon dengan cepat di tingkat hilir, sehingga terwujud Early Warning, Early Action,” kata Hanif.
IOWave juga menjadi salah satu indikator mewujudkan Tsunami Ready Community. Seluruh masyarakat yang berada di wilayah rawan tsunami, harus terlatih dan paham bagaimana merespon warning, baik tsunami warning ataupun natural warning.
Baca Juga: Teknologi Masaro Ubah Kebiasaan Buang Sampah Menjadi Jual Sampah
Berkaca pada peristiwa tsunami Palu tahun 2018, dimana tsunami datang sangat cepat sebelum peringatan dini tsunami dikeluarkan. Peristtiwa tersebut memberikan pelajaran penting bahwa masyarakat adalah kunci yang perlu terus dilatih untuk dapat terampil melakukan evakuasi mandiri agar dapat selamat dari bencana.
“Cita-cita besar untuk mewujudkan zero victims saat terjadi gempa bumi dan tsunami, bukanlah hal mustahil untuk diwujudkan. Sepanjang seluruh pihak dapat bersama-sama bergotong royong membangun budaya siaga bencana,” tegas Hanif. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post