Baca Juga: Proyek Tambak Lorok Semarang Diklaim Bisa Kendalikan Banjir Rob 30 Tahun
Beberapa hasil penelitian menjadi dasar dan acuan bagi Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Obat-obatan dan Kejahatan, United Nation Office on Drug and Crime (UNODC) dalam penggolongan Kratom sebagai salah satu New Psychoactive Substances (NPS) dari kategori bahan tanaman. Di dalam Kratom terdapat zat aktif Mitragynine, dan 7-Hydroxymitragynine, dua senyawa alkaloid yang diidentifikasi kuat memiliki efek sedasi dan efek morfin yang digunakan sebagai dasar dalam penggolongan Kratom dalam NPS.
BRIN melakukan penelitian untuk mendukung dan melengkapi data ilmiah tanaman Kratom, sejalan dengan Kementerian Kesehatan, Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan beberapa institusi. Khususnya terkait saling bersinergi untuk melakukan pemantauan, monitoring, serta menyiapkan kebijakan atau regulasi tentang tanaman kratom ini.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito menambahkan BRIN mendapat tugas untuk melakukan kajian tanaman Kratom sebagai tanaman yang penting dan strategis yang sebarannya tidak hanya di satu kawasan namun hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Baca Juga: Bambang Hendroyono, Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Harus Melindungi Hak Masyarakat Lokal
“Aspek yang perlu diketahui adalah terkait jenis tanaman, kandungan senyawa obat yang ada, melihat dan meneliti efek farmakologi, termasuk efek toksiknya, beberapa hal yang penting untuk dicermati”, ungkap Mego.
BRIN pun tidak bisa bekerja sendiri, melainkan mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, seperti Kemenkes, BNN, BPOM, Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit serta Kantor Staf Presiden. Mego juga menyebutkan adanya tim ataupun kolaborasi ini dilanjutkan untuk melakukan riset-riset lain yang akan memperkaya khasanah obat, bahan obat dan obat tradisional Indonesia.
Dalam sesi paparan, narasumber dari Faculty of Pharmaceutical Sciences, Prince of Songkla University -Tahiland, Juraithip Wungsintaweekul menjelaskan review penelitian tanaman Kratom di Thailand. Bahwa ada 11 genus Mitragyna yang tersebar di Asia dan Afrika. Lima spesies terdapat di Thailand, yaitu M. speciosa (Korth.) Havil., M. parvifolia (Roxb)Korth, M. hirsuta Havil. diversifolia (Wall. Ex G. Don) Havil dan M. rotundifolia (Roxb.)O. Kuntze.
Baca Juga: Perjuangan Masyarakat Adat Awyu dan Moi Selamatkan Hutan Papua, DPR Sebut Miskomunikasi?
Daun kratom Thailand memiliki dua jenis menurut urat daun, yaitu urat merah, urat hijau, dengan beberapa ujung yang bergerigi. Di sana, penyebaran Kratom ditemukan di daerah selatan, tepatnya di sepanjang tepi sungai dan di hutan nasional.
“Kratom memililki beberapa senyawa alkaloid, dimana 66 persen adalah mitragynine yang berperan sebagai analgesik melalui pengikatan pada reseptor opioid,” ungkap Juraithip.
Juraithip melakukan penelitian distribusi alkaloid pada tanaman Kratom yang tumbuh di Thailand berdasarkan variasi waktu dan lokasi. Dari 745 daun kratom yang berasal dari 13 provinsi di Thailand, 57 persen daun memilikii urat hijau. Kadar senyawa Mitragynine akan berubah tergantung musim. Pada bulan Juni, produksi Mitragynin akan naik secara signifikan dibandingkan Oktober dan Januari.
Keragaman Mictagynin pada daun Kratom berbeda berdasarkan lokasi asalnya, bukan pada warna urat daunnya. Kratom dengan Mitragynin tinggi didistribusikan di wilayah pantai timur Thailand Selatan.
“Kami juga telah mengumpulkan sampel serta memproduksi beberapa herbal dan ekstrak,” imbuh Juraithip. [WLC02]
Sumber: BPMI Setpres, BRIN
Discussion about this post