Dwikorita menerangkan, wilayah Sumedang merupakan wilayah rawan gempa dengan sumber gempa berasal dari zona tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di Samudera Hindia. Serta dari beberapa sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan, seperti Sesar Cimandiri, Sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela, Sesar Baribis, Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo dan Sesar Cipeles.
“Serta beberapa sesar aktif lainnya yang belum terpetakan,” imbuh Dwikorita.
Sementara berdasarkan Katalog Gempa Bumi Merusak dari BMKG (2020), Dwikorita menjelaskan, wilayah Sumedang sebelumnya telah mengalami gempa bumi sebanyak dua kali. Pertama, tanggal 14 Agustus 1955 yang menyebabkan banyak kerusakan bangunan. Kedua, tanggal 19 Desember 1972 dengan kekuatan M4,5 yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran.
Baca Juga: Amin Alamsjah, Pari Jawa Berangsur Punah Akibat Ulah Manusia
“Gempa yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu tidak hanya dirasakan di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung saja. Namun juga dirasakan hingga Kota Bandung hingga Kabupaten Garut,” kata Dwikorita.
Rekomendasi BMKG
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, BMKG bersinergi dengan Pemda Sumedang, BPBD, BNPB, SAR dan Kementerian Sosial untuk menenangkan warga dengan memberikan literasi atau edukasi kegempaan. Juga langkah-langkah mitigasi dan penyelamatan diri yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah gempa bumi.
Dalam konferensi pers tersebut, Dwikorita menyampaikan sejumlah rumusan rekomendasi BMKG kepada pemerintah daerah dan sejumlah pihak terkait. Pertama, evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sumedang dengan mempertimbangkan Peta Zona Bahaya Gempa Bumi serta pelamparan sesar aktif (Sesar Sumedang). Kedua, evaluasi dan penerapan Building Code (aturan standar bangunan tahan gempa) berdasarkan Peta Mikrozonasi berbasis Peak Ground Acceleration (PGA).
Baca Juga: Khansa akan Mendaki Gunung Aconcagua dalam Ekspedisi Seven Summit
Ketiga, edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang berkesinambungan, terkait potensi bencana gempabumi, maupun bahaya ikutannya, serta potensi bencana hidrometeorologi. Keempat, masyarakat harus terus didampingi dan diingatkan agar tidak terpengaruh isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
“BMKG siap mendukung penuh program edukasi dan literasi kebencanaan kepada masyarakat. Kami juga mengimbau kepada masyarakat agar memonitor perkembangan informasi dari BMKG yang disampaikan melalui berbagai platform resmi, media atau melalui posko utama,” ucap Dwikorita. [WLC02]
Sumber; BMKG
Discussion about this post