Upaya antisipasinya, Wafid meminta agar masyarakat tidak melakukan aktivitas dalam radius 7 km dan sektoral barat daya-timur laut 8 km dari pusat erupsi. Juga tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah.
Masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana agar mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat, khususnya pada daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki, seperti di Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen. Warga yang terdampak hujan abu dianjurkan menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan.
Erupsi besar semester awal 2025
Berdasarkan catatan terdahulu, erupsi hari ini termasuk letusan yang besar pada semester awal di tahun 2025. Sebelumnya letusan dengan tinggi kolom abu antara 6 ribu sampai lebih dari 10 ribu kilometer juga pernah terjadi pada akhir 2023 hingga pertengahan 2024 lalu.
Baca juga: Pro Kontra Isu Tambang Nikel, Kemenpar Sebut Raja Ampat Aman Dikunjungi
Salah satu gunung api aktif ini memiliki sejarah panjang aktivitas vulkanik. Salah satu erupsi besar tercatat terjadi pada tahun 1921 yang menghasilkan lontaran abu dan material vulkanik ke wilayah sekitarnya, meski dokumentasinya masih terbatas.
Erupsi berikutnya yang signifikan terjadi pada tahun 1935. Ditandai letusan eksplosif yang melontarkan abu dan lava pijar serta peningkatan aktivitas kegempaan yang cukup drastis.
Pada 1970, terjadi letusan bertipe strombolian dengan lontaran material hingga beberapa kilometer dari kawah. Letusan ini menyebabkan hujan abu ringan di beberapa desa sekitar lereng gunung.
Baca juga: Komnas HAM Menduga Kuat Ada Pelanggaran HAM Aktivitas Pertambangan di Raja Ampat
Dua dekade kemudian, pada 1991, terjadi lagi erupsi cukup besar sehingga merupakan salah satu letusan paling kuat akhir abad ke-20. Letusan ini berdampak cukup signifikan terhadap aktivitas masyarakat dan menyebabkan peningkatan status gunung ke tingkat siaga.
Meskipun tidak terjadi letusan besar, periode aktivitas pada tahun 2003 hingga 2004 menunjukkan peningkatan signifikan dalam kegempaan dan emisi gas. PVMBG saat itu meningkatkan status gunung ke Level II (Waspada). Periode tersebut menjadi salah satu fase paling aktif secara seismik dalam dua dekade terakhir.
Erupsi terkini yang dimulai sejak akhir 2023 menunjukkan pola letusan yang kompleks, dengan beberapa fase letusan freatomagmatik dan freatik. Dari Desember 2023 hingga Februari 2024, tercatat lontaran material pijar, awan panas guguran, dan hujan abu lebat yang berdampak langsung pada sejumlah desa, seperti Boru dan Klatanlo.
Baca juga: Sahil Jha, Bersepeda Sambil Mengampanyekan Penyelamatan Tanah di 20 Negara
Ribuan warga terpaksa dievakuasi, dan status gunung sempat dinaikkan ke Level IV (Awas). Aktivitas mulai menurun secara bertahap menjelang pertengahan 2024, namun kondisi gunung masih tergolong fluktuatif dan terus dipantau secara intensif.
Gunung Lewotobi Laki-laki merupakan bagian dari kompleks dua gunung kembar bersama Gunung Lewotobi Perempuan. Karakter letusannya cenderung bertipe strombolian hingga vulkanian dengan potensi ancaman awan panas dan hujan abu ke wilayah sekitarnya. Aktivitasnya menjadi perhatian penting dalam sistem pemantauan gunung api aktif nasional. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM, BNPB
Discussion about this post