Sayangnya, industri pengolahan kelapa di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Padahal, negara seperti Filipina dan India telah lebih dulu mengembangkan industri kelapa secara terintegrasi untuk meningkatkan nilai tambah produk kelapa.
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa, Sudrajat menekankan perlu pembangunan industri pengolahan kelapa secara terintegrasi dari hulu ke hilir di setiap provinsi penghasil kelapa.
Baca juga: Kelapa Mulai Langka dan Mahal di Indonesia
“Model seperti yang diterapkan di Riau, yang mengolah seluruh bagian kelapa menjadi berbagai produk bernilai tinggi, dapat menjadi contoh bagi daerah lain,” papar dia.
Sebagai Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University, Sudrajat berharap pemerintah dapat mengadopsi pendekatan berbasis kawasan dengan mendirikan pabrik pengolahan kelapa di tingkat kecamatan atau kabupaten.
Ia juga mendorong skema kepemilikan saham oleh petani dalam industri pengolahan kelapa agar mereka tidak hanya menjadi pemasok bahan baku. Melainkan juga mendapatkan manfaat lebih dari nilai tambah produk.
Baca juga: Kemarau 2025 Lebih Singkat, Kementerian dan Lembaga Harus Tetap Siapkan Mitigasi Risiko
Pemerintah diharapkan kembali berfokus pada program intensifikasi dan peremajaan kelapa, sebagaimana yang dilakukan pada dekade 1990-an hingga awal 2000-an.
Sebab kelapa berpotensi menjadi sumber kesejahteraan bagi jutaan masyarakat Indonesia jika dikelola dengan strategi tepat. Sekaligus juga dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen kelapa terbesar di dunia. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post