Penguasa yang saat ini memegang amanah untuk meregulasi pengelolaan sumber-sumber penghidupan rakyat, menurut Zenzi, tidak tumbuh bersama persoalan rakyat. Mereka berkuasa, memerintah, membuat undang-undang, mengeluarkan kebijakan bukan atas dasar pemahaman terhadap persoalan rakyat.
Baca Juga: Gakkum KLHK Terapkan Keadilan Restoratif untuk Perusak Lingkungan Hidup
“Ibarat kereta, negara melaju dengan cepat di luar lintasan, bahkan di luar rel. Perubahan begitu cepat, pembangunan begitu cepat, tapi tidak menuju pada kesejahteraan rakyat,” tukas Zenzi.
Ia pun mengutip perkataan khalifah Ali bin Abi Thalib, bahwa “Tidaklah seseorang akan sangat kaya, kecuali sudah terjadi perampasan terhadap hak orang lain”.
Zenzi menambahkan, Indonesia sangat kaya. Gunung, hutan, sungai, laut, dan gugusan pulau-pulau membuat negeri ini memiliki biodiversiti terbesar di dunia. Untuk membangun rumah bagi 270 juta rakyat Indonesia cuma butuh 4 juta hektare.
Baca Juga: Material Banjir di Humbahas adalah Longsoran Tipe Rock Fall
Ironisnya, hari ini sudah 100 juta hektare hutan Indonesia habis dibabat. Dan 60 persen rakyat Indonesia belum punya rumah. Kenapa? Sebab, haknya dirampas sekelompok kecil orang yang jumlahnya hanya setara satu persen dari total penduduk negeri ini. Kelompok satu persen itu merampok dan menumpuk kekayaan di tangannya.
“Saya bangga, bersyukur, dan terharu bisa berdiri di sini. Merasakan semangat dan komitmen dari rakyat yang berani menyatakan tanah tempatnya lahir dan hidup turun temurun adalah sebagai pemiliknya. Di tempat lain, ratusan juta hektare tanah dan hutan telah dicuri oleh maling yang berjumlah satu persen. Pertanyaannya, kenapa maling satu persen itu leluasa mencuri?” tanya Zenzi.
Menurut dia, maling bisa masuk dan mencuri di satu rumah karena dua hal. Pertama, karena rumah itu ditinggalkan. Kedua, karena penghuninya takut kepada si maling, sehingga tidak berani teriak. Padarincang hingga hari ini masih aman dari pencurian dan perampokan, bukan karena kekuasaan tidak mengerahkan kekuatannya.
Baca Juga: Awan Panas Guguran Merapi Akibatkan Hujan Abu Basah di Boyolali dan Magelang
“Tapi karena warga Padarincang sebagai pemilik, berani berteriak melawan siapapun yang mau mencuri haknya,” imbuh Zenzi.
Orang-orang Padarincang berhasil mengusir Danone, menahan pembangunan pembangkit listrik Geotermal, memastikan tanah, air, hutan, sungai, kekayaan dan daya dukung alam untuk diwariskan dengan aman pada generasi selanjutnya.
“Dalam perjuangan yang terus berlangsung di tempat ini, mempertahankan hak, menegakkan hak asasi, saya ingin menyampaikan, kalau suatu hari nanti ada risiko perjuangan yang harus mempertaruhkan nyawa, tolong kabarkan pada saya, saya akan datang bergabung dalam barisan terdepan,” janji Zenzi. [WLC02]
Sumber: Walhi
Discussion about this post