“Kami akan melakukan penelusuran pertama dari Tukad Badung dari hulu sampai hilir apakah terjadi penggundulan hutan, kemudian mengurangi serapan air sehingga pada saat hujan lebat potensi banjirnya menjadi sangat besar,” tegas Wayan.
Selain mencegah alih fungsi lahan, persoalan sampah juga menjadi sorotan serius. Pemerintah pusat dan daerah menyatakan komitmen memperkuat pengawasan lingkungan, rehabilitasi kawasan hulu sungai, evaluasi tata ruang, hingga penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan.
“Momentum ini harus menjadi pengingat bagaimana kita menjaga alam Bali agar tetap lestari dan tangguh menghadapi bencana,” tegas Hanif.
Baca juga: Tukad Meluap Semalam di Bali, 16 Warga Tewas dan 552 Warga Mengungsi
Langkah kolaboratif ini diharapkan dapat memulihkan daya dukung lingkungan Bali sekaligus meminimalisir risiko bencana serupa di masa depan.
Mengembalikan tutupan hutan
Usai banjir, KLH/BPLH bersama Pemerintah Bali menggelar aksi besar-besaran “Bersih Sampah Pasca Banjir”untuk langkah cepat penanggulangan sekaligus pemulihan lingkungan setelah bencana banjir yang melanda Bali. Dipimpin langsung Menteri LH bersama Gubernur Bali, Forkopimda, jajaran pemerintah daerah, komunitas masyarakat, BUMN, hingga sektor swasta dengan melibatkan lebih dari 1.200 peserta. Mereka membersihkan tumpukan sampah banjir dari saluran air hingga kawasan padat penduduk.
Hanif menegaskan, volume sampah akibat banjir diperkirakan mencapai ratusan ton dalam beberapa hari ke depan. Kondisi ini membutuhkan kerja sama lintas pihak untuk penanganan segera agar tidak menimbulkan penyakit menular maupun risiko banjir susulan.
Baca juga: Aplikasi SisaJadi, Berdayakan UMKM Kurangi Food Loss hingga Swasembada Pangan
“Paling lama satu bulan, seluruh sampah akibat bencana ini akan diangkut ke TPA Suwung untuk ditangani secara darurat,”kata Hanif.
Selain itu, ia menambahkan, alam yang belum mampu menahan curah hujan tinggi harus dipulihkan bersama. Salah satunya dengan mengembalikan tutupan hutan di wilayah hulu. Dibutuhkan sekitar 14 ribu hektare untuk menguatkan kembali daya dukung lingkungan Bali.
“Mudah-mudahan langkah ini dapat segera mengembalikan kemampuan alam Bali dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin dramatis,”harap dia.
Baca juga: Aplikasi SisaJadi, Berdayakan UMKM Kurangi Food Loss hingga Swasembada Pangan
Ia kembali mengingatkan pentingnya menjaga ekosistem sungai. Bahwa sungai adalah sumber air utama, sehingga harus dijaga agar tidak merusak dan mengancam generasi mendatang. Hanif juga menegaskan perlunya penataan ruang yang berkelanjutan.
“Kita tidak boleh lagi membiarkan konversi lahan sembarangan untuk vila atau cottage yang merusak fungsi resapan air,”tegas dia. [WLC02]
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup







Discussion about this post