Wanaloka.com – Bencana kekeringan dan banjir yang terjadi silih berganti setiap musim kemarau dan musim penghujan disebabkan belum adanya kesatuan berpikir untuk menyelesaikan masalah secara sistemik dan holistik. Semestinya, ketika musim penghujan perlu dilakukan pengelolaan air hujan untuk musim kemarau. Sebaliknya, saat kemarau mesti mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan.
“Itu suatu siklus yang tidak terputus. Musim kemarau dan musim penghujan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.,” terang Pakar Manajemen Air UGM, Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dalam kegiatan Sekolah Wartawan yang diselenggarakan Humas UGM pada 30 Agustus 2023.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi kekeringan adalah menerapkan metode pemanenan air hujan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan metode dan peralatan yang sederhana, baik untuk skala rumah tangga, industri, maupun untuk perkampungan atau lahan pertanian.
Baca Juga: PLN Pakai Tenaga Gas Uap untuk Kurangi Polusi Jakarta Saat KTT ASEAN
Untuk skala rumah tangga misalnya, bisa dilakukan dengan membuat penampungan. Kelebihan air dimasukkan ke dalam sumur resapan. Sedangkan untuk areal pertanian, penampungan air hujan dapat dilakukan dengan kolam konservasi.
Sekitar 40 persen rumah di perkotaan dan 60 persen di pedesaan di Australia sudah memiliki tampungan air hujan.
“Di Indonesia masih nol koma sekian persen. Padahal potensinya besar sekali,” ungkap Agus.
Baca Juga: Gempa Darat 6,1 Magnitudo Guncang NTT
Discussion about this post