“Diharapkan mahasiswa itu bisa melihat-lihat kondisi eksisting, gimana bentuknya landfill dan infrastruktur terkaitnya gimana. Nanti di akhir akan ada tugas besar perancangan persampahan akan membuat MRF (Material Recovery Facility). MRF disebut juga TPST,” kata Koordinator Asisten Mata Kuliah Perencanaan Perancangan Persampahan, Rizal Husni.
Baca Juga: Geomimo BRIN untuk Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penanggulangan Bencana
“Nah, karena Bantar Gebang selain sebagai tempat pemrosesan akhir. Di sana juga ada pengolahan sampah, ada RDF (Refuse Derived Fuel) plan dan PLTSa. Di sisi lain, dari pra rancang landfill pun akan membuat dan merancang landfill. Jadi mahasiswa itu tahu cara membuat landfill-nya dan infarstruktur apa saja,” lanjut dia.
TPST Bantar Gerbang terletak di Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. Lokasi Bantar Gerbang dipilih sebagai tempat kuliah lapangan karena Bantar Gerbang merupakan landfill terbesar se Asia Tenggara dengan luas sekitar 132 hektare.
Selain itu, keunggulan dari Bantar Gerbang tidak hanya menjadi tempat pemrosesan akhir. Namun juga mengolah sampah menjadi energi atau biasa dikenal sebagai WtE (Waste to Energy) dalam bentuk RDF.
Baca Juga: Jokowi Klaim Bendungan Jadi Solusi Krisis Air, Walhi Ingatkan Kasus Wadas
RDF sendiri merupakan hasil pengolahan sampah dengan cara dicacah, lalu dikeringkan hingga kadar air tertentu sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Kegiatan kuliah lapangan ini tidak hanya mengunjungi TPST Bantar Gebang, tetapi juga PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) dan IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah) 3 yang berada di kawasan TPST Bantar Gebang. Pada ketiga tempat tersebut, mahasiswa RIL ITB dipaparkan mengenai sistem pengelolaan sampah yang ada.
Mahasiswa mendapat penjelasan mengenai timbulan sampah, kelebihan serta kekurangan TPST tersebut saat ini. Sementara di PLTSa, mahasiswa dijelaskan proses dari sampah masuk hingga akhirnya menghasilkan listrik serta komponen yang terdapat di PLTSa tersebut. Sedangkan di IPAS 3, mahasiswa dijelaskan proses pengolahan air lindi dan komponen yang terdapat di dalamnya.
Baca Juga: Dwikorita Karnawati, Sistem Peringatan Dini untuk Semua Masih Timpang
“Sebelumnya udah pernah ke TPA, tapi sebatas yang open dumping. Waktu ke TPST Bantar Gerbang bisa melihat fasilitas lainnya di sana, kayak pengolahan IPAS, PLTSa, dan RDF,” kata Asisten Mata Kuliah Perancangan Persampahan, Rafly Sarully Hidayat.
Selain itu, sistem tata kelola TPST Bantar Gebang, menurut Rafly adalah terbaik di antara TPA lain yang pernah dia kunjungi.
“Banyak hal bisa dipelajari. Untuk menyesuaikan dengan yang kami dapatkan di kelas dengan kondisi lapangan eksistingnya,” kata dia.
Ia berharap, kuliah lapangan ini membuat mahasiswa RIL dapat merancang infrastruktur persampahan dan membuatnya dalam bentuk maket ataupun prototipe. [WLC02]
Discussion about this post