Selain itu, dalam teknik penulisan biografi, diperlukan teknik pengumpulan fakta yang canggih. Teknik mengumpulkan fakta seperti ini dalam jurnalisme biasa disebut dengan investigasi. Lalu fakta yang diperlukan dengan menggunakan investigasi disebut jurnalisme investigasi.
“Praktik jurnalisme investigasi ini semakin perlu mengingat tokoh yang dikisahkan memiliki ego yang besar. Ego inilah hendaknya dipahami sebagai perasaan, pikiran dan kesadaran. Dia berbeda dengan yang lain,” jelas Abrar.
Dari sisi jurnalisme, tujuan akhir sebuah biografi adalah menyampaikan wacana yang terkandung dalam diri tokoh yang dikisahkan. Wacana yang lahir dari biografi ini menjadi penting di samping narasi yang berkualitas.
Baca Juga: Targetkan Emisi Nol Karbon, PLTA Poso Diduga Pertaruhkan Keselamatan Warga dan Lingkungan
“Dari sekian banyak wacana yang ditampilkan biografi, tentu ada wacana utama yang harus ditangkap oleh khalayak,” paparnya.
Meski demikian, semua wacana yang ditampilkan itu bertumpu pada bukti-bukti yang objektif. Bertolak dari bukti inilah seorang biograf memahami dan menjelaskan kenyataan yang ada. Bahkan ketika seorang biograf menggunakan teknis jurnalisme dalam bertutur tentang tokoh yang dikisahkan, dia tidak mengambil lebih dari peran sejarawan.
“Dia hanya menampilkan pesona sejarah. Dia menampilkan fakta yang penting, menarik, dramatis dan mengandung human interest. Semua fakta ini mengisyaratkan pentingnya nilai kemanusiaan,” kata Abrar. [WLC02]
Discussion about this post