Keterbatasan suplai makanan juga menjadi persoalan tersendiri. Sebagian besar jalur yang ia tempuh melewati hutan tanpa warung atau minimarket. Strateginya adalah membeli persediaan makanan dalam jumlah cukup saat memasuki kota kecil. Selain itu, waktu istirahat terbatas, hanya 4-5 jam tidur per hari.
Meski demikian, Arbelly mengaku terkesan dengan sikap masyarakat setempat.
Baca juga: Pelita Air Terbang dengan Bahan Bakar Olahan Minyak Jelantah 2,5 Persen
“Disiplin, menghormati pesepeda, ramah, dan penuh kepercayaan. Saya pernah menginap di hotel tanpa resepsionis, kunci kamar hanya ditaruh di pintu. Di desa, banyak yang menawarkan hasil kebun atau minuman kepada pesepeda yang lewat,” papar dia.
Ia menargetkan finish pada 20 Agustus mendatang dengan rata-rata kayuhan 160 km per hari.
“Semakin dekat ke lingkar Arktik, tantangan medan dan cuaca makin berat. Tapi saya yakin, selama fisik terjaga dan mental kuat, semuanya bisa diselesaikan,” kata dia.
Baca juga: Daun, Batang dan Akar Putri Malu Potensial untuk Industri Farmasi dan Kosmetika
Arbelly ingin menginspirasi generasi muda agar berani mengambil tantangan.
“Latihan tidak akan mengkhianati hasil. Jaga kesehatan sejak dini, karena tanpa tubuh yang sehat, sehebat apa pun kemampuan atau setinggi apapun cita-cita akan sulit tercapai,” ucap dia. [WLC02]
Sumber: Unair







Discussion about this post