“Hasil penelitian ini dapat menunjang kemandirian Indonesia tanpa bergantung pada bangsa lain untuk ketersediaan protein S,” jelas lulusan program doktor kelahiran 3 Februari 1994 itu.
Arif menyatakan akan terus mengembangkan hasil penelitian berupa vaksin ini sehingga tidak sekadar mengendap di perpustakaan atau berhenti pada publikasi ilmiah saja.
“Harapannya vaksin ini dapat digunakan lebih luas untuk masyarakat Indonesia,” harap Arif.
Baca Juga: Menolak Tenggelam, Alasan Empat Warga Indonesia Menggugat Holcim
Proses penelitian berjalan bukan tanpa kendala. Arif sempat menghadapi berbagai persoalan, seperti aspek pendanaan dan fasilitas pendukung penelitian. Kendati demikian, dukungan penuh dari Professor Nidom Foundation serta dana penelitian dari Program Beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor Untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuatnya dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. [WLC02]
Sumber: Unair
Discussion about this post