Wanaloka.com – Peneliti IPB University dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) berhasil menerapkan teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology/ART) dan BioBank. Ini ada teknologi bayi tabung untuk penyelamatan hewan, khususnya satwa langka dan dilindungi.
Bersama peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), SKHB diminta Kementerian Kehutanan untuk menyelamatkan badak Sumatera.
“Upaya produksi embrio secara in vitro (di luar tubuh) badak Sumatera dilakukan dengan cara koleksi sel telur dan sperma di lapangan, dilanjutkan dengan fertilisasi menggunakan metode penyuntikan sperma tunggal (intracytoplasmic sperm injection/ICSI),” terang Prof. Arief Boediono selaku peneliti dalam peluncuran teknologi ini melalui Direktorat Riset dan Inovasi (DRI) di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, Senin, 16 Desember 2024.
Baca juga: Sapto Andriyono, Pemecah Gelombang Armor Jadi Solusi Ketimbang Tanggul Laut
Bahkan teknologi tersebut dapat diterapkan pada individu hewan yang secara anatomi telah mati. Arief mencontohkan sapi yang telah disembelih. Namun ovarium (dari sapi betina) dan testis (dari sapi jantan) masih mempunyai potensi sebagai sumber sel gamet (sel telur, sperma).
Sel telur dapat dikoleksi dari ovarium sapi yang baru mati, selanjutnya dilakukan produksi embrio secara in vitro. Embrio yang dihasilkan bisa dilakukan transfer embrio sehingga dihasilkan anak sapi berasal dari induk yang sudah mati.
“Kematian bukanlah akhir dari kehidupan reproduksi,” imbuh Arief.
Baca juga: Hari Ini Perairan Laut Indonesia Diguncang Tiga Gempa Tektonik Dangkal
Lebih lanjut ia menjelaskan, sel telur bisa dikoleksi dari hewan yang masih hidup sehingga dapat dilakukan secara berulang tanpa harus menunggu hewan mati. Teknologi ini dikenal dengan petik telur (ovum pick up/OPU).
Sel telur yang dihasilkan, kemudian dilakukan fertilisasi dan kultur embrio secara in vitro sampai didapatkan embrio yang berpotensi menjadi pedet (anak sapi).
Upaya penyelamatan satwa langka dan dilindungi, seperti badak Sumatera, harimau, anoa, dan lain-lain dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tersebut. Embrio yang dihasilkan bisa langsung ditransfer apabila terdapat resipien. Bisa juga dilakukan pembekuan embrio dan disimpan dalam nitrogen cair (-196 oC), sehingga dapat digunakan setiap saat apabila ada resipien yang siap.
Baca juga: Dampak Bencana Sukabumi Rumah Hancur 129 Keluarga Direlokasi Sementara
Pada dasarnya, proses pembuahan pada mamalia hanya memerlukan satu sperma untuk membuahi satu sel telur. Dengan menggunakan alat micromanipulator, sperma yang terpilih disuntikkan secara langsung ke dalam sitoplasma sel telur, meniru proses pembuahan secara alami.
“Selanjutnya, embrio yang dihasilkan akan dibekukan sampai suatu waktu bisa didapatkan resipien,” tutur dia.
Discussion about this post