Wanaloka.com – Salah satu faktor penentu cepat atau lambatnya penanganan dampak bencana alam di masa tanggap darurat adalah akses jalan atau penghubung ke lokasi terdampak bencana alam, seperti yang terjadi di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dampak bencana alam Luwu, berupa banjir dan longsor yang terjadi pada Jumat, 3 Mei 2024, menerjang 13 wilayah kecamatan di Kabupten Luwu. Kecamatan Latimojong merupakan wilayah yang paling terdampak bencana alam Luwu, hingga memutus akses menuju sejumlah wilayah desa di Latimojong.
BNPB sebelumnya melaporkan, dampak bencana alam Luwu menelan korban jiwa sebanyak 12 orang. Delapan korban meninggal dunia warga Kecamatan Latimojong, empat korban lainnya warga Desa Poringan di Kecamatan Suli Barat.
Baca Juga: Banjir dan Longsor Luwu, Operasi Udara Evakuasi Warga Sakit dan Pasok Logistik
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Kamis, 9 Mei 2024, wilayah yang sebelumnya tak dapat dijangkau akibat akses jalur darat tertimbun, tertutup material longsor, kini sudah dapat dilalui.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan menyatakan bahwa dari 12 desa yang terdampak di Kabupaten Luwu, satu desa kini sudah dapat diakses melalui jalur darat.
“Desa Kadundung sudah bisa kita lewati jalur darat, kita bergerak cepat untuk langsung mendistribusikan bantuan,” ujar Fajar pada Kamis, 9 Mei 2024.
Baca Juga: RUU Perubahan Iklim Sempat Masuk Prolegnas Prioritas 2023
Upaya penanganan dampak bencana alam Luwu terus dilakukan BNPB secara intensif. Guna menjangkau wilayah yang sulit dilalui untuk distribusi logistik bagi warga terdampak, BNPB melakukan operasi udara.
Selain menggunakan Helikopter Bell BNPB dan Helikopter AW Polri, upaya memasok kebutuhan logistik ke wilayah terdampak yang sulit diakses jalur darat, BNPB menggandeng komunitas off road dari IOF Pengcab Luwu.
Discussion about this post