Wanaloka.com – Apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Nasional 2025 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, Selasa, 29 April 2025. Apel tersebut menjadi penanda dimulainya kesiapan nasional menghadapi musim kemarau tahun ini dengan mengedepankan pendekatan pencegahan dini dan kolaborasi lintas sektor.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menjelaskan, prediksi iklim wilayah Indonesia saat ini memasuki kondisi La Nina (kemarau basah) yang dapat berlangsung sampai dengan periode Mei 2025. Namun tetap perlu antisipasi kemungkinan terjadi kebakaran hutan dan lahan.
“Riau diprediksi akan memasuki musim kemarau pada Mei sehingga potensi bencana karhutla 2025 terhitung mulai tanggal 1 April 2025 hingga 30 November 2025 atau 244 hari,” jelas Dwikorita.
Baca juga: Bukan Lagi PSN, Pemerintah Seharusnya Hentikan Proyek Rempang Eco City
Apel yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam), Budi Gunawan meliputi sejumlah agenda. Ada Apel Siaga, Peninjauan Gelar Peralatan untuk mengecek kesiapan operasional, serta kegiatan interaktif secara daring dengan seluruh provinsi di Indonesia. Seluruh rangkaian acara bertujuan memperkuat sinergi antarinstansi dalam pengendalian karhutla.
Budi Gunawan menekankan kolaborasi lintas sektor sangat penting dilakukan dalam menghadapi ancaman karhutla yang kerap melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di Riau. Kerja sama yang solid menjadi kunci utama terdapa pencegahan serta penanganan kebakaran hutan dan lahan.
Ia juga menekankan kesiapsiagaan seluruh elemen, baik pemerintah pusat, daerah, TNI, Polri, serta masyarakat, harus terus dijaga.
Baca juga: Pelaku Perdagangan Cula Badak Jawa di Ujung Kulon Batal Bebas
“Jangan sampai ada lagi kebakaran hutan dan lahan yang meluas yang dapat menjadi isu internasional,” kata dia.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni menyampaikan bahwa Indonesia patut berbangga atas capaian pengendalian karhutla. Namun prestasi ini jangan sampai membuat lengah, sehingga tidak berhati-hati dalam pengendalian karhutla.
“Apel hari ini untuk mengingatkan kita kembali bqhwa karhutla meskipun trennya menurun, tapi tetap harus terus waspada,” kata Juli Antoni.
Baca juga: HKB 2025, Uji Publik Rancangan Peraturan BNPB di Mataram hingga Tanam Aren di Serdang Bedagai
Menurut dia, ada tiga faktor yang berkontribusi dalam upaya pengendalian karhutla. Pertama, kolaborasi terpimpin yang semakin baik. Jika dulu upaya penanganan berjalan masing-masing, sekarang bergerak dalam satu koordinasi terpimpin.
Kedua, upaya pencegahan dan penegakan hukum yang lebih efektif. Ia menyoroti penggunaan teknologi seperti Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang akan kembali digelar mulai 1 Mei 2025 di Riau. Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga terus ditingkatkan, di antaranya melalui lomba pantun dan syair untuk membangun budaya sadar bahaya karhutla.
Ketiga, semakin meningkat partisipasi aktif masyarakat. Pemerintah terus memperkuat peran kelompok masyarakat peduli api, Pramuka, masyarakat adat, dan berbagai elemen lainnya dalam upaya pengendalian karhutla di tingkat tapak.
Discussion about this post