Wanaloka.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta pemeritah daerah di sepanjang selatan Jawa harus terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadi gempa bumi dan tsunami. Penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi menjadi salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
“Seperti Kabupaten Kebumen merupakan salah satu zona potensi gempa dan tsunami di Indonesia,” kata Dwikorita dalam pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) yang difasilitasi Stasiun Geofisika Banjarnegara di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah pada 30 September 2023.
Sebab posisi Kebumen berhadapan langsung dengan zona megathrust selatan Jawa yang memiliki potensi magnitude maksimum M 8,7. Sumber gempa megathrust tersebut berada di zona subduksi yang merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.
Baca Juga: Ratu Kembali Lahirkan Bayi Badak Sumatera Ketiga di Way Kambas
Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami akibat gempa dengan skenario tersebut di Kebumen diperkirakan mencapai 14 – 18 meter dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38 – 46 menit. Dampak guncangan akibat gempa diperkirakan mencapai VII-VIII MMI. Artinya, merupakan guncangan yang kuat hingga sangat kuat serta dapat mengakibatkan kerusakan sedang hingga berat.
Sementara salah satu upaya untuk meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat secara berkelanjutan adalah melalui SLG yang menurut Dwikorita kian digencarkan di seluruh penjuru Indonesia. Harapannya upaya tersebut dapat meminimalkan risiko gempa bumi dan tsunami yang mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia.
“SLG menjadi strategi kami (BMKG) untuk mewujudkan zero victim di wilayah-wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami. Menekan potensi risiko di tingkat minimal, selain inovasi teknologi yang terus dikembangkan BMKG,” kata Dwikorita.
Baca Juga: Warga Wadas Tolak Tanda Tangan Dokumen Pelepasan Hak Atas Tanah
Era disrupsi informasi ini, SLG juga menjadi sarana untuk memperkuat literasi kebencanaan masyarakat agar terhindar dari disinformasi maupun berita bohong yang beredar di tengah masyarakat. Mengingat disinformasi maupun berita bohong acap berseliweran di tengah peristiwa bencana sehingga menimbulkan keresahan dan kepanikan masyarakat.
Discussion about this post