“Alih fungsi ruang tersebut harus segera dihentikan. Hdikembalikan ke kondisi semula apabila kita tidak ingin mendapatkan bencana yang sama, bahkan lebih parah di masa depan,” tegas Dwi.
Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat, Wahyudin Iwang menuturkan dua tahun lalu, pihaknya telah menyampaikan sikap kritis kepada pemerintah provinsi dan pemerintah untuk tiga kabupaten/kota, yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi agar segera menertibkan bangunan liar serta segera berhenti mengeluarkan izin-izin tambang dan properti.
“Perlu kami ingatkan kembali, banjir bandang dan banjir yang mengepung DKI adalah kesalahan pemerintah,” ucap Wahyudin.
Hal ini dapat dilihat dari ketidakpatuhan dan tidak taatnya mereka menjalankan kebijakan Tata Ruang Wilayah (RTRW) dimana kawasan puncak hingga kawasan Gunung Mas adalah salah satu kawasan resapan air dan kawasan yang perlu dilingi. Faktanya, izin-izin tambang, pembangunan villa, hotel dan juga pengembangan wisata semakin tidak dapat terhindarkan.
“Kami ingin mendesak pemerintah membuat tim investigasi untuk pelaku-pelaku perusahaan yang tidak taat dan patuh menjalankan kebijakan yang ada, sehingga keadilan dapat diwujudkan. salah satu caranya, penjarakan pelaku yang merusak alam,” tegas Wahyudin.
Bencana banjir di wilayah Jakarta, Bekasi dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir disebabkan degradasi lingkungan yang terjadi di wilayah hulu atau wilayah penyangga, yaitu Kabupaten Bogor. Masifnya pembangunan di wilayah hulu yang tidak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan (wilayah serap air) menyebabkan banjir yang berkepanjangan di wilayah hilir (wilayah kedap) air yang berlarut-larut.
Berbagai pembangunan itu terlihat dengan semakin banyaknya pembukaan lahan di wilayah hulu untuk kepentingan perumahan. Juga perindustrian dengan investasi skala besar. Dalam data citra landsat 8 yang dianalisis, perbandingan tahun 2020 dengan tahun 2025 terlihat jelas. Bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pembangunan wilayah hulu yang masif dan amburadul terlihat dengan jelas dalam peta analisis klasifikasi daerah resapan air wilayah Bogor (hulu) dengan wilayah Bekasi (hilir). [WLC02]
Sumber: Walhi
Discussion about this post