Kondisi cuaca di wilayah Bali secara umum pada 15 – 16 November 2022 dipengaruhi dinamika cuaca lokal, seperti radiasi matahari yang sangat kuat mulai dari pagi hari. Serta kondisi kelembapan cukup tinggi yang mendukung pembentukan awan-awan konvektif sejak pagi jelang siang hari.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Radjab menambahkan dalam operasi TMC yang digelar, personil BMKG terus memantau perkembangan sel-sel awan yang bisa disemai garam (NaCl) dan menginfokannya kepada penerbang TNI AU sebelum melakukan sorti penerbangan.
“Khusus untuk posko TMC di Banyuwangi, BMKG menempatkan perangkat mobil cuaca lengkap dengan timnya yang diberangkatkan dari Jakarta,” kata Fachri.
Baca Juga: Pesan Jokowi, Muhammadiyah Kuatkan Hablum Minal Alam untuk Kelestarian Alam
Ada empat pesawat yang disiapkan, yakni jenis Cassa 212 dan CN 295. Kegiatan TMC dikendalikan dari dua posko yang berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Banyuwangi, Jawa Timur. Dengan pesawat itu pula, tim akan menyemai garam. Total ada 29 ton garam yang ditabur melalui 28 sorti penerbangan.
“Biasanya 1,6 ton garam (NaCl) ditabur dengan dua kali sorti (penerbangan). Tanggal 15 November 2022, kami menggunakan 11,2 ton garam dengan 11 kali sorti,” ucap Dwikorita.
Tujuan penaburan garam adalah agar awan segera dihalau, segera diturunkan menjadi hujan sebelum memasuki area perhelatan. Dan yang terjadi, awan yang sudah terlanjur menutup rata di atas area perhelatan segera diturunkan sebagai hujan beberapa jam sebelum acara dimulai.
Baca Juga: Ini Sumber Gempa Pangandaran Jawa Barat Mag5,3
Operasi TMC, lanjut Dwikorita, tidak dilakukan serampangan. Namun disesuaikan target dimana penyemaian inti kondensasi (garam) dilakukan ke awan-awan hujan yang telah terdeteksi. Penyemaian garam dilakukan agar proses kondensasi berlangsung lebih cepat dan hujan dapat segera turun sebelum awan-awan hujan tersebut mencapai lokasi KTT G20.
BMKG pun menyediakan informasi arah angin, lokasi keberadaan awan target, prediksi cuaca serta potensi pertumbuhan awan hujan selama acara G20 berlangsung. Berdasarkan informasi tersebut, tim penyemai garam dari BRIN bersama satuan TNI AU menindaklanjutinya dengan rencana penyemaian awan hujan yang telah diidentifikasi BMKG sebelumnya.
Baca Juga: Gempa Pangandaran Mag5,3 Guncangannya Dirasakan Skala IV MMI
Sementara Perekayasa Ahli Utama TMC Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Handoko Seto mengatakan, dalam operasi TMC dikerahkan empat pesawat pemburu awan yang dioperasikan dari Posko Utama di Lombok dan Posko Cadangan di Banyuwangi.
“Semua awan yang tumbuh dan berpotensi memasuki titik lokasi acara G20, terutama acara outdoor, dihujankan lebih cepat agar tidak hujan pada saat acara berlangsung di lokasi tersebut,” papar Tri Handoko.
Baca Juga: Awas, Potensi Banjir Susulan di Lima Provinsi Hari Ini
Sistem pertumbuhan awan di Bali yang sangat dinamis, khususnya pada 15 November menjadi tantangan yang tidak mudah. Menurut Tri, jumlah awan yang tumbuh sangat banyak dan pergerakannya mengarah ke lokasi acara KTT G20. Seluruh armada pesawat yang disiapkan beserta tiga unit radar cuaca dan lebih dari 100 personil yang tersebar di Bali, Lombok, dan Banyuwangi berkolaborasi untuk memburu seluruh awan tersebut.
“Pada 15 November dilakukan 11 sorti penerbangan mulai pukul 8 pagi hingga 8 malam. Kami bersyukur seluruh rangkaian acara G20 berjalan lancar tanpa ada gangguan hujan,” kata Tri Handoko. [WLC02]
Discussion about this post