Wanaloka.com – Dalam dekade terakhir, dunia telah menyaksikan peningkatan signifikan dalam serangan terhadap jurnalis yang meliput isu-isu lingkungan. Data terbaru, UNESCO menyoroti risiko yang dihadapi para jurnalis saat melaporkan tentang krisis lingkungan global, termasuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.
“Laporan ini mengungkapkan lebih dari 70 persen jurnalis telah mengalami serangan, ancaman, atau tekanan, menunjukkan tingginya bahaya yang terkait dengan meliput topik-topik ini,” kata Associate Communication and Public Information Officer UNESCO, Camilla Agusti dalam siaran tertulisnya, 3 Mei 2024.
Data UNESCO ini juga menggarisbawahi pentingnya peran jurnalistik dalam menginformasikan publik mengenai dampak nyata dari krisis lingkungan.
Baca Juga: Hari Kebebasan Pers AJI Soroti Ancaman terhadap Jurnalis Lingkungan
Dengan menghadapi berbagai bentuk tekanan dan ancaman, jurnalis lingkungan berjuang untuk memberikan laporan yang akurat dan mendalam. Mereka tidak hanya meningkatkan kesadaran publik tetapi juga memainkan peran kritis dalam mendokumentasikan kisah-kisah dari komunitas yang paling terdampak oleh perubahan iklim.
Jurnalis dan media membantu memastikan bahwa isu-isu penting ini mendapatkan perhatian yang dibutuhkan para pembuat kebijakan dan masyarakat luas.
Studi Baru UNESCO
Pada Hari Kebebasan Pers Sedunia 2024, UNESCO menerbitkan studi baru yang menganalisis serangan yang dilakukan terhadap jurnalis yang meliput lingkungan hidup.
Pertama, Data UNESCO mengenai jurnalis yang diserang saat meliput isu lingkungan hidup. Studi ini menggunakan metodologi meta-analisis dari berbagai sumber, seperti laporan dari UN Special Rapporteurs tentang Keselamatan Jurnalis dari berbagai wilayah, laporan media, laporan polisi.
Baca Juga: Pola Hidup Hemat Air di Masjid Istiqlal Lewat Daur Ulang Air Wudhu
Hasilnya menunjukkan, sebanyak 44 jurnalis yang melaporkan isu lingkungan hidup telah dibunuh dalam 15 tahun terakhir, dan hanya lima kasus yang berujung pada hukuman.
Pembunuhan jurnalis dalam lima tahun terakhir meningkat sepertiga lebih tinggi dari lima tahun sebelumnya (16 pembunuhan dibandingkan dengan 12). Setidaknya 24 jurnalis selamat dari percobaan pembunuhan.
Selain itu, 749 jurnalis, kelompok jurnalis, dan outlet berita yang melaporkan tentang isu lingkungan telah diserang di 89 negara sejak tahun 2009, menurut tinjauan rinci dari berbagai sumber data. Para jurnalis dan media ini meliput berita dari berbagai topik, mulai dari penyebab perubahan iklim, pertambangan, deforestasi, dan bahan bakar fosil, hingga isu-isu khusus komunitas seperti agribisnis, perampasan lahan, proyek mega-infrastruktur, dan dampak dari cuaca ekstrim.
Baca Juga: May Day, Nasib Buruh Tani Masih Terlupakan
Aktor negara, seperti polisi, militer, pejabat pemerintah, dan pegawai negeri, melakukan setidaknya setengah dari 749 serangan tersebut. Pelaku swasta, termasuk perusahaan industri ekstraktif, kelompok kriminal, pengunjuk rasa, dan komunitas lokal, bertanggung jawab atas setidaknya seperempat serangan tersebut.
Sejak tahun 2009, setidaknya 204 jurnalis dan media berita yang meliput isu lingkungan hidup menghadapi tuntutan hukum. Pemerintah mengajukan tuntutan pidana terhadap 93 kasus di antaranya, yang merupakan jenis tuntutan hukum yang paling umum.
Discussion about this post