Selasa, 3 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Data UNESCO 44 Jurnalis Lingkungan Dibunuh dalam 15 Tahun

Jumat, 3 Mei 2024
A A
Ilustrasi jurnalis di tengah liputan konflik. Foto StokJepret/pixabay.com.

Ilustrasi jurnalis di tengah liputan konflik. Foto StokJepret/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Selain itu, 39 jurnalis telah dipenjara, terutama di Asia dan Pasifik, terkait dengan pelaporan mereka tentang isu lingkungan.

Baca Juga: Visual Dahsyatnya Erupsi Eksplosif Gunung Ruang 30 April 2024

Gugatan pencemaran nama baik juga sering digunakan untuk menekan pelaporan investigasi lingkungan dengan setidaknya 68 kasus, dengan jumlah kasus yang lebih tinggi terjadi di Eropa dan Amerika Utara.

Telah terjadi setidaknya 193 serangan terhadap jurnalis dan media saat meliput protes lingkungan dalam 15 tahun terakhir, terutama di Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin dan Karibia. Polisi dan aparat militer adalah pelaku paling umum dengan 46 persen serangan, sementara pengunjuk rasa menyumbang 17 persen serangan.

Kedua, survei UNESCO dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) yang menerima tanggapan lebih dari 900 jurnalis. Meliputi 41 persen perempuan, dari 129 negara (Afrika 43 persen; Asia dan Pasifik 19 persen; Amerika Latin dan Karibia 16 persen; Eropa dan Amerika Utara 14 persen; negara-negara Arab 8 persen).

Baca Juga: Erupsi Fase Kedua Gunung Ruang, BMKG Pantau Potensi Tsunami

Ketiga, temuan utama adalah serangan, ancaman, atau tekanan saat meliput masalah lingkungan hidup. Lebih dari 70 persen jurnalis yang disurvei melaporkan mengalami serangan, ancaman, atau tekanan saat meliput isu lingkungan.

Di antara mereka yang melaporkan serangan, ancaman, atau tekanan, meliputi 60 persen terindikasi menjadi korban pelecehan online, 41 persen mengalami serangan fisik, seperempatnya dituntut secara hukum, 75 persen berdampak pada kesehatan mental mereka.

Hampir separuh jurnalis melaporkan telah melakukan praktik sensor mandiri. Juga menyatakan upaya itu didorong atas ketakutan akan potensi serangan, narasumber terpapar bahaya, dan/atau kesadaran bahwa liputan isu lingkungan hidup mungkin bertentangan dengan kepentingan pemberi kerja atau pemasang iklan.

Baca Juga: Letusan Eksplosif Gunung Ruang Terjadi Lagi, Status Kembali Awas

Lebih dari 80 persen perempuan jurnalis yang melaporkan menjadi korban serangan saat meliput isu lingkungan menerima ancaman psikologis atau tekanan. Dari seluruh responden yang melaporkan menjadi korban setidaknya satu serangan, responden perempuan mengatakan mereka lebih sering mengalami serangan digital dibandingkan laki-laki (62 persen).

Kondisi tersebut sejalan dengan tren global yang diidentifikasi dalam laporan Chilling bahwa perempuan jurnalis lebih sering menjadi sasaran kekerasan online dibandingkan laki-laki. Dan 83 persen perempuan jurnalis yang pernah mengalami serangan dan/atau ancaman saat meliput isu lingkungan mengatakan hal tersebut berdampak pada kesehatan mental mereka.

Baca Juga: Irwan Meilano, Gempa M6,2 Bukti Ada Potensi Gempa Merusak Selain Megathrust

Lebih dari dua pertiga jurnalis berpendapat disinformasi terkait perubahan iklim telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

“Mereka juga menganggap jurnalisme belum berbuat banyak untuk melawannya,” imbuh National Information Officer (Pusat Informasi PBB/UNIC), Siska Widyawati.

Dari jumlah tersebut, 68 persen melaporkan hal tersebut terkait konflik kepentingan dengan pemangku kepentingan yang bersangkutan. [WLC02]

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Hari Kebebasan Pers Duniajurnalis lingkunganperubahan iklimPusat Informasi PBBsensor mandiriUNESCO

Editor

Next Post
Bencana banjir dan longsor di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang dipicu pertambangan di hulu, 3 Mei 2024. Foto Dok. BPBD Luwu.

15 Warga Tewas Akibat Banjir dan Longsor di Sulawesi Selatan

Discussion about this post

TERKINI

  • Suasana koordinasi tim SAR gabungan untuk evakuasi korban longsor tambang galian C di Gunung Kuda, Cirebon, 2 Juni 2025. Foto BPBD Cirebon.Ada Empat Perzinan Usaha Tambang Galian C di Blok Gunung Kuda di Cirebon
    In Lingkungan
    Senin, 2 Juni 2025
  • Kebun Raya Sriwijaya di Sumatera Selatan. Foto Dok. KRS.Kebun Raya Sriwijaya Menuju Laboratorium Hidup Ekologi
    In News
    Minggu, 1 Juni 2025
  • Lokasi longsor tambang galian C di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang terjadi pada 30 Mei 2025. Foto Dok. Kementerian ESDM.Longsor Tambang Gunung Kuda, Potensi Gerakan Tanah di Wilayah Cirebon Tinggi
    In Bencana
    Minggu, 1 Juni 2025
  • Ilustrasi daging kurban dibungkus daun jati. Foto kemenagsidoarjo.com.Solusi Penumpukan Sampah Plastik dan Limbah Hewan Kurban Saat Iduladha
    In News
    Sabtu, 31 Mei 2025
  • Suasana aktivitas di sekitar tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon usai longsor, 30 Mei 2025. Foto Dok. BPBD Cirebon.Jumlah Korban Longsoran Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Jadi 14 Jiwa
    In Bencana
    Sabtu, 31 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media