Wilayah terdampak meliputi Kelurahan Watuliandu, Kelurahan Lamokato di Kecamatan Kolaka; Kelurahan Sakuli, Kelurahan Mangolo, Kelurahan Latambaga, Kelurahan Ulunggolaka, Kelurahan Induha di Kecamatan Latambaga. Kemudian Desa Konaweha, Desa Ulu Konaweha, Desa Latuwo, Desa Tamboli, Desa Amamotu di Kecamatan Samaturu. Serta Kelurahan Ulu Wolo, Kelurahan Wolo di Kecamatan Wolo dan Desa Tamborasi di Kecamatan Iwoimendaa.
Informasi Pusdalops BNPB, banjir setinggi 50 hingga 300 cm merendam 1.263 unit rumah (1.263 KK), 3 unit masjid, 50 Ha sawah, dan 30 Ha perkebunan.
Baca juga: KLHK Klaim Deforestasi Capai Angka Terendah 104 Ha Tahun 2022
Kepala Pelaksana BPBD Kolaka, Akbar menyampaikan telah dilakukan penanganan banjir dengan penyelamatan dan evakuasi korban banjir, mendirikan tenda untuk posko, menyiapkan dapur umum bersama dinas terkait, dan membantu pembersihan pada rumah terdampak banjir.
“Mempercepat penanganan banjir kami melakukan pendataan jumlah korban terdampak banjir, pendataan kerugian korban bencana, menyiapkan dan menyalurkan air bersih. Kendala penanggulangan bencana banjir terkait minimnya anggaran penguatan infrastruktur. Kondisi terkini banjir berangsur surut,“ imbuh Akbar, Selasa, 23 Januari 2024.
Kajian dari Inarisk, Kolaka memiliki risiko bencana banjir dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi. Wilayah risiko terdampak banjir sebanyak 12 kecamatan dan luas wilayah rawan banjir 20.714 Ha.
Baca juga: Potensi Unik Sumber Daya Geologi Desa Jadi Site Museum Geologi
Mengantisipasi terjadinya bencana banjir, BNPB mengimbau untuk mengoptimalkan pengelolaan tata air terintegrasi hulu hingga hilir, dilakukan dengan penebalan dan penguatan tanggul, normalisasi sungai, dan atau sodetan sungai.
“Selain itu ada warning system berbasis komunitas sehingga diharapkan dapat membantu memberikan informasi kenaikan air dan melakukan antisipsi lebih dini,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam siaran pers BNPB, 23 Januari 2024. [WLC02]
Discussion about this post