Selain itu, ekosistem ini memainkan peran penting dalam mitigasi bencana dengan mengurangi tinggi gelombang saat terjadi badai, sehingga menghasilkan penghematan ekonomi yang besar dan diperkirakan mencapai miliaran dolar. Melindungi dan memulihkan ekosistem ini dinilai penting, tidak hanya untuk mitigasi iklim tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat dan perekonomian yang bergantung pada ekosistem tersebut.
Workshop tersebut berfokus pada tantangan dan hambatan yang harus diatasi untuk memanfaatkan ekosistem pesisir. Penekanan khusus pada ekosistem karbon biru, sebagai inti dari solusi adaptasi berbasis alam.
Baca Juga: Yonvitner: Mangrove Ibarat Ibu yang Diperlukan untuk Mengasuh Banyak Anak
“Kami bertujuan untuk menyatukan pengetahuan yang ada menjadi wawasan yang dapat ditindaklanjuti untuk membentuk keputusan kebijakan. Kami juga mencari cara inovatif untuk mendanai tindakan penting yang diperlukan,” ungkap Firman.
Sejumlah pakar dan praktisi terkemuka dari seluruh dunia diundang dalam acara itu. Wawasan mereka akan digabungkan dengan perspektif para delegasi yang mewakili IORA, sehingga mendorong pertukaran gagasan yang dinamis. Acara tersebut mencakup beragam tema, yakni adaptasi terhadap risiko fisik yang dihadapi infrastruktur, strategi untuk meningkatkan ketahanan mata pencaharian, dan kerangka kerja komprehensif yang mengatur kebijakan dan keuangan inovatif.
Firman berharap acara tersebut dapat menyalurkan upaya kolektif bersama untuk memanfaatkan potensi ekonomi biru sepenuhnya melalui ekosistem karbon biru. Ia mengklaim, upaya tersebut menjanjikan masa depan yang lebih berketahanan dan berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.
“Mari kita ingat kata-kata pelestari lingkungan terkenal Baba Dioum. In the end, we will conserve only what we love; we will love only what we understand; and we will understand only what we are taugh,” pungkas Firman. [WLC02]
Sumber: Kemenko Marves
Discussion about this post