Wanaloka.com – Sudah lima kali banjir merendam rumah Arif di Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Jakarta sepanjang 2021. Bahkan air yang masuk ke rumahnya di penghujung 2021 telah menyebabkan kerusakan besar.
“Semakin parah setiap tahun,” kata Arif, 52 tahun, nelayan sekaligus mekanik.
Banjir itu berasal dari luapan air laut. Mengingat permukaan laut naik, ombak semakin tinggi, dan musim pun tidak bisa diprediksi akibat krisis iklim.
“Pulau menjadi semakin sering dihantam banjir rob,” ungkap Arif.
Baca Juga: KLHK Siap Tuntaskan Masalah Sampah 2025 Lewat Hari Peduli Sampah 2023
Kondisi tersebut mengancam mata pencaharian Arif berikut 1.500 orang yang tinggal di Pulau Pari. Meskipun mereka tidak melakukan apa pun yang berkontribusi pada krisis iklim.
Lantas bagaimana perjuangan mereka mencari keadilan bagi warga Pulau Pari?
Juli 2022, empat warga Pulau Pari, yakni Arif, Asmania, Mustaghfirin, dan Edi berangkat ke Kota Zug, Swiss yang menjadi lokasi Kantor Pusat Holcim. Mereka datang untuk melawan ketidakadilan dengan mengajukan konsiliasi atau mediasi. Namun selama proses konsiliasi, Holcim tidak menunjukkan keseriusan untuk menanggapi keresahan mereka. Lantaran itu pula, keempat penggugat itu mengajukan gugatan peradilan terhadap korporasi atas nama seluruh warga Pulau Pari di Pengadilan Wilayah Zug pada 30 Januari 2023.
Baca Juga: Ini Isi Kebijakan Satu Peta yang Jadi Tanggung Jawab Badan Geologi
“Keberadaan kami terancam. Kami ingin mereka yang bertanggung jawab sekarang dan segera mengambil tindakan,” kata Asmania.
Bagian Gerakan Dunia
Sidang konsiliasi pada Oktober 2022 berakhir tanpa hasil. Kini, empat warga Indonesia yang terancam keberadaannya itu menggugat Holcim ke pengadilan. Mereka menuntut ganti rugi atas krisis iklim yang mereka derita, kontribusi finansial untuk penanggulangan banjir, serta pengurangan emisi CO2 Holcim secara cepat.
Gugatan terhadap Holcim adalah bagian dari gerakan dunia, meskipun hanya gugatan iklim kedua kasus yang diajukan oleh orang-orang yang terkena dampak di negara selatan (Global South). Tidak hanya menuntut Holcim untuk memikul tanggung jawab sejarah, tetapi juga tanggung jawab masa depan dengan meminta perusahaan untuk mengurangi emisinya dengan cepat.
Discussion about this post