Lebih lanjut dirinya menguraikan, untuk menentukan tingkat kerentanan suatu daerah dari bencana kekeringan adalah dengan cara menghitung indeks kerentanan kekeringan (Drought Vulnerability Index/DVI). Dalam studi ini, ditemukan bahwa seluruh kabupaten hingga kecamatan di Pulau Jawa secara homogen memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap kekeringan.
“Perlu dipahami, DVI dihitung dari 10 aspek terkait sosial-ekonomi, infrastruktur, dan lingkungan,” jelas Erma.
Dalam studi ini, hasil DVI menggarisbawahi bahwa hanya sebagian kecil, yaitu di Jakarta dan Jawa Barat yang memiliki infrastruktur jalan dan perairan memadai. Akibatnya, tingkat kerentanan secara infrastruktur pada wilayah tersebut tergolong rendah.
Baca Juga: Pulihkan Ekosistem Hutan Produksi Terdegradasi Lewat Silvikultur Intensif
Lebih lanjut Erma menjelaskan, studi ini turut menentukan indeks risiko kekeringan (Drought Risk Index) dengan cara mengintegrasikan DHI dan DVI. Menurut studi ini, jumlah wilayah terluas dan kecamatan terbanyak yang memiliki risiko tinggi terhadap kekeringan secara prosentase, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, lalu Jawa Timur, secara berturut-turut.
“Meskipun demikian, Jawa Timur memiliki jumlah kecamatan tertinggi yang berisiko tinggi terhadap kekeringan dibandingkan dengan provinsi lainnya,” jelas Erma.
Hasil yang diharapkan dari studi tersebut adalah Peta Indeks Kerentanan Kekeringan (IKK) dapat menjadi panduan pengembangan Decision Support System (DSS) Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia (Kamajaya) untuk peringatan dini, sehingga dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana kekeringan,” pungkas Erma. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post