Jumat, 23 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

GeoAI, Sistem Prediksi Suhu Permukaan Bumi untuk Adaptasi Iklim

Sistem ini berguna dalam perencanaan tata kota, mitigasi risiko iklim, hingga pengembangan kebijakan lingkungan berbasis bukti.

Rabu, 7 Mei 2025
A A
Ilustrasi bumi. Foto geralt/pixabay.com.

Ilustrasi bumi. Foto geralt/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM-BRIN) mengembangkan model prediksi suhu permukaan bumi (Land Surface Temperature/LST) berbasis integrasi kecerdasan buatan dengan data penginderaan jauh. Inovasi ini untuk mendukung upaya mitigasi perubahan iklim yang semakin nyata dampaknya, terutama di kawasan perkotaan yang mengalami fenomena peningkatan suhu atau urban heat island.

“Model ini memanfaatkan data Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dari citra satelit Landsat dan diproses menggunakan pendekatan deep learning dengan berbagai arsitektur jaringan saraf tiruan, termasuk Long Short-Term Memory (LSTM),” jelas Peneliti Ahli Utama PRIMA, Laras Toersilowati ketika memaparkan hasil penelitian dalam Webinar Hybrid PRIMA bertajuk “Climate Frontiers in Indonesia: Insights from Land, Sea and Sky” di Bandung pada 29-30 April 2025.

Pengembangan model ini dilakukan untuk memprediksi nilai LST satu tahun ke depan berdasarkan data NDVI dan LST dari tahun-tahun sebelumnya. Ini berguna dalam perencanaan tata kota, mitigasi risiko iklim, hingga pengembangan kebijakan lingkungan berbasis bukti.

Baca juga: BMKG Catat 2024 Jadi Tahun Terpanas

Data yang digunakan mencakup wilayah DKI Jakarta dalam rentang waktu 2014 hingga 2023. Hasil pemodelan menunjukkan suhu permukaan bumi di kawasan tersebut berkisar antara 18°C hingga 32°C dengan rata-rata mencapai 27–30°C. Nilai NDVI sendiri berkisar antara 0,2 hingga 1,0, menggambarkan variasi tutupan vegetasi dari kawasan minim hijau hingga area yang masih memiliki vegetasi lebat.

Model deep learning yang dibangun menunjukkan performa yang cukup baik dengan tingkat akurasi tinggi, tercermin dari nilai Root Mean Square Error (RMSE) berkisar antara 1,87 hingga 1,9.

“Artinya, model prediktif ini mampu mengikuti pola perubahan suhu dengan baik dan bisa diandalkan untuk analisis lanjutan,” imbuh dia.

Baca juga: Januari-April 2025, Pengaduan ke Ditjen Penegakan Hukum Kehutanan Capai 90 Kasus

Hubungan antara vegetasi dan suhu permukaan menjadi salah satu temuan penting dalam studi ini. Semakin rendah NDVI suatu wilayah, semakin tinggi suhu permukaannya. Hal ini menguatkan pentingnya peran ruang terbuka hijau sebagai pengendali suhu mikro, terutama di kawasan perkotaan yang padat dan terbangun.

“GeoAI adalah pendekatan strategis karena menggabungkan kekuatan data geospasial dengan kecerdasan buatan. Dengan teknologi ini, kita dapat membangun sistem pemantauan suhu secara otomatis dan prediktif yang berguna untuk peringatan dini ataupun perencanaan adaptasi iklim,” tegas Laras.

Saat ini, model prediktif yang dikembangkan tim peneliti BRIN tersebut sedang dalam proses pengajuan hak paten.

Baca juga: BNN akan Gandeng BRIN untuk Riset Ganja Medis, LBHM Sampaikan Rekomendasi

Petakan suhu berbasis data satelit

Sementara BRIN dan Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama memanfaatkan data satelit COSMIC-2 Global Navigation Satellite System Radio Occultation (GNSS RO) untuk memperkirakan suhu permukaan Bumi lebih akurat.

Teknik ini tidak hanya mampu menangkap suhu atmosfer vertikal secara detail, tetapi juga membuka peluang pemetaan suhu permukaan dalam skala spasial dan temporal yang luas.

Peneliti Ahli Madya PRIMA BRIN, Noersomadi menjelaskan, GNSS RO bekerja dengan mendeteksi perubahan sinyal GPS yang melewati atmosfer.

Baca juga: Proyek Panas Bumi di NTT Ditolak Warga, Kementerian ESDM Gandeng UGM

“Ketika sinyal melewati lapisan atmosfer yang lebih padat di ketinggian rendah, terjadi perubahan sudut pembiasan yang dapat diolah untuk memperoleh informasi suhu, tekanan, dan kelembapan,” jelas dia.

Noersomadi bersama tim riset juga mengembangkan metode estimasi suhu permukaan menggunakan data suhu terendah yang masih dapat diamati oleh GNSS RO. Kemudian dikoreksi berdasarkan data topografi wilayah. Riset ini juga menyajikan studi kasus di Kota Bandung, Jawa Barat.

Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data dari 1 Oktober 2019 hingga 27 April 2025. Hasilnya menunjukkan, suhu permukaan di Bandung bervariasi antara 22,0 ± 0,78 °C hingga 24,4 ± 1,09 °C. Pola harian memperlihatkan suhu minimum terjadi pada dini hari hingga pagi hari, sementara suhu maksimum tercatat pada siang hari.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: adaptasi iklimBRINcuaca ekstremGeoAIsuhu permukaan bumi

Editor

Next Post
Dosen FH UGM, Yance Arizona. Foto Donnie/UGM.

Yance Arizona, RUU Masyarakat Adat Masuk Prolegnas 2025 Tapi Perlu Pembaruan Draf Lagi

Discussion about this post

TERKINI

  • Rumah rusak akbat gempa bumi M6,3 di Bengkulu, 23 Mei 2025 dinihari. Foto Dok. BPBD Bengkulu.Gempa Bumi M6,3 Guncang Bengkulu, 34 Unit Bangunan Rusak
    In Bencana
    Jumat, 23 Mei 2025
  • Dampak puting beliung di Kabupaten Kuantan Sengigi, Riau, 21 Mei 2025. Foto BPBD Kuantan Sengigi.Dalam 24 Jam, Sebanyak 42 Bencana Hidrometeorologi Landa Tanah Air
    In Bencana
    Kamis, 22 Mei 2025
  • Pusat gempa dangkal 5,2 magnitudo yang mengguncang Kota Mataram, Lombok Barat, pada Minggu, 18 Mei 2025. Foto tangkap layar Google Earth berdasarkan koordinat gempa BMKG.Kota Mataram Diguncang Lindu 5,2 Magnitudo Dirasakan Skala III MMI
    In News
    Minggu, 18 Mei 2025
  • Ilustrasi manusia terdampak cuaca panas ekstrem. Foto Franz26/pixabay.com.Riset BRIN, Perubahan Iklim Picu Penyebaran Penyakit TB, Stroke hingga Infeksi Menular karena Air
    In IPTEK
    Jumat, 16 Mei 2025
  • Warga Rempang berkumpul, berpantun, berorasi dan bersalawat untuk menolak relokasi. Foto Istimewa.Rekomendasi Pakar Sosioagraria, Kebijakan PSN Pulau Rempang Harus Dievaluasi Total
    In Lingkungan
    Jumat, 16 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media