Wanaloka.com – Global Carbon Budget Report 2022 yang dirilis Global Carbon Project pada 11 November 2022 mengungkapkan emisi karbon global 2022 tetap di level rekor.
“Artinya, tidak ada tanda-tanda penurunan yang sangat dibutuhkan untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius,” demikian dikutip dari laporan yang dirilis saat para pemimpin dunia bertemu di COP27 di Mesir untuk membahas krisis iklim.
Laporan tersebut juga menegaskan, jika level emisi saat ini tetap, maka kemungkinan 50 persen pemanasan global akan melampaui pembatasan 1,5 derajat Celcius hanya dalam waktu sembilan tahun ke depan. Sementara penetapan ambang batas itu berdasarkan Perjanjian Iklim Paris 2015 yang mewajibkan setiap negara membatasi kenaikan suhu rata-rata global dengan terget 1,5 derajat Celcius.
Baca Juga: Serba Serbi KTT G20, Skenario Antisipasi Bencana Alam dan Non Alam
“Tahun ini, ketika kita butuh penurunan emisi yang cepat, malah terjadi kenaikan emisi CO2 secara global dari fosil. Ada beberapa tanda positif, tetapi para pemimpin di pertemuan COP27 harus mengambil tindakan yang berarti jika ingin punya peluang membatasi pemanasan global mendekati 1,5°C,” kata Profesor Pierre Friedlingstein dari Exeter’s Global Systems Institute, yang memimpin penelitian.
Total emisi CO2 global diproyeksikan mencapai 40,6 miliar ton (GtCO2) pada 2022. Sebab emisi CO2 fosil yang diproyeksi naik 1,0 persen dibandingkan 2021, mencapai 36,6 GtCO2 atau sedikit di atas tingkat pra-Covid-19 2019. Estimasi ini termasuk penyerap karbonasi semen 0,8 GtCO2 per tahun.
Sedangkan emisi dari perubahan penggunaan lahan seperti deforestasi diproyeksi menjadi 3,9 GtCO2 pada 2022. Perubahan penggunaan lahan merupakan sumber emisi CO2 yang signifikan sekitar sepersepuluh dari jumlah emisi fosil.
Baca Juga: Dampak Gempa Megathrust di Selatan Jawa Melebihi Tsunami Aceh, Mitigasi Serius Segera
Adakah Peran Indonesia?
Ironisnya, ada. Ternyata Indonesia dan Brasil serta Republik Demokratik Kongo berkontribusi menambah emisi C02 lebih dari setengah atau 58 persen dari total emisi perubahan penggunaan lahan global. Dan emisi CO2 itu tertinggi dari perubahan penggunaan lahan selama 2012-2021.
Laporan itu juga menyebutkan, pada 2021, Indonesia berada di peringkat 10 dari daftar negara penghasil emisi terbesar di dunia, bersama China, Amerika Serikat, Uni Eropa, India, Rusia, Jepang, Iran, Jerman, dan Arab Saudi. Total emisi yang dihasilkan Indonesia tahun 2021 mencapai 0,62 miliar ton per tahun dengan persentase peningkatan emisi 1,8 persen.
Emisi yang diproyeksi dari batu bara dan minyak berada di atas tingkat 2021. Minyak menjadi kontributor terbesar terhadap total pertumbuhan emisi. Pertumbuhan emisi minyak sebagian besar dari rebound yang tertunda dari penerbangan internasional menyusul pembatasan pandemi Covid-19.
Baca Juga: Walhi Beberkan Solusi Palsu Krisis Iklim dalam Kebijakan Pemerintah
“Temuan kami mengungkapkan turbulensi dalam pola emisi tahun ini akibat pandemi dan krisis energi global. Jika pemerintah merespons dengan melakukan investasi energi bersih dan menanam, bukan menebang pohon, emisi global dapat dengan cepat mulai turun,” kata Royal Society Research Professor di UEA’s School of Environmental Sciences, Profesor Corinne Le Quéré.
Anggaran karbon yang tersisa apabila dunia ingin memiliki tingkat keberhasilan 50 persen dalam menahan kenaikan rata-rata suhu dunia di bawah 1,5 derajat Celcius tinggal 380 GtCO2. Anggaran ini akan habis terpakai dalam sembilan tahun saja apabila tingkat emisi gas rumah kaca dunia masih sama seperti emisi tahun 2022.
Discussion about this post