Wanaloka.com – Anak-anak muda menggelar aksi Global Climate Strike (GCS) di 15 daerah secara bergantian dalam kurun waktu antara 3-8 Maret 2023. Aksi digelar di Bandung, Banjarbaru, Bondowoso, Jakarta, Jambi, Jayapura, Kupang, Kutai Timur, Lombok, Medan, Pekanbaru, Pontianak, Solo, Sukabumi, Yogyakarta. Mereka menyerukan permasalahan krisis iklim yang semakin genting.
Di Jakarta, peserta aksi global berjalan kaki dari Balai Kota DKI Jakarta ke Patung Kuda. Aksi serentak yang didukung lebih dari 69 komunitas muda berasal dari berbagai kota di Indonesia. Dalam siaran pers Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasional tertanggal 3 Maret 2023 disebutkan ada tiga tuntutan anak-anak muda yang diajukan kepada pemerintah agar segera menegakkan keadilan iklim.
Pertama, Indonesia Segera Deklarasikan Darurat Iklim
Data dari sektor-sektor pembangunan menunjukkan krisis iklim adalah permasalahan terbesar saat ini untuk umat manusia, termasuk Indonesia. Sudah selayaknya kegentingan ini menjadi kekhawatiran bersama. Pada saat yang sama menjadi peluang untuk dilakukan segera.
Baca Juga: Bantuan Kendaraan Listrik per 20 Maret 2023, Konsumsi Listrik Tetap Meningkat
Pendeklarasian darurat iklim akan menjadi dasar dari setiap langkah pembangunan Indonesia dan menyelamatkan hak hidup rakyat Indonesia. Deklarasi darurat iklim akan mempertegas tindakan adaptasi dan mitigasi bencana atas dampak perubahan iklim dari tingkat nasional hingga kota dan desa.
Kedua, Keadilan Iklim Harus Menjadi Agenda Prioritas Pemilu 2024
Krisis iklim bukan hanya isu gimmick untuk menyenangkan anak muda. Melainkan isu yang harus ada dalam setiap pembicaraan para politikus. Isu krisis iklim tidak bisa dikotak-kotakan karena krisis iklim menyentuh seluruh sendi kehidupan. Anak muda akan menjadi saksi, sekaligus penentu siapa politikus yang akan berpihak pada masa depan mereka.
Saat ini, banyak partai mencari suara dari anak muda. Bahkan, menjadikan anak muda sebagai calon legislatif. Namun dari sisi komitmen terhadap lingkungan dan krisis iklim masih dipertanyakan. Padahal anak muda sudah cukup kritis dan paham, bahwa kerap kali komitmen hijau hanya dijadikan gimmick yang berbalut greenwashing dan youthwashing.
Baca Juga: Gempa Dangkal Laut Mag 5,3 di Pesisir Barat Lampung Guncangannya IV MMI
Ketiga, Generasi Muda Menolak Solusi Iklim Palsu
Anak-anak muda menegaskan, mereka menolak solusi iklim palsu yang digadang-gadang pemerintah. Aksi iklim, termasuk transisi energi, seharusnya dilakukan secara berkeadilan dan tanpa solusi yang menipu. Sejauh ini, solusi palsu dalam aksi iklim telah banyak merenggut ruang-ruang energi terbarukan yang adil dan bersih. Mulai dari maladaptasi hingga berbagai teknologi yang hanya memperpanjang umur batu bara pada agenda transisi energi berbalut tulisan hijau.
Tahun ini akan menjadi pertaruhan masa depan anak-anak muda Indonesia. Pemilu 2024 akan menjadi penentu siapa pemimpin Indonesia dalam kedaruratan iklim mendatang. Generasi muda akan menjadi saksi, sekaligus menentukan apakah krisis iklim yang sedang dialami bersama akan menjadi perhatian utama para politikus pada Pemilu 2024.
Sementara itu, World Meteorological Organizations (WMO) menyatakan bahwa kenaikan suhu rata-rata bumi sudah mencapai 1.2°C. Pada delapan tahun terakhir tercatat merupakan tahun-tahun terpanas. Kenaikan suhu global yang terjadi telah berdampak pada semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari sektor ekonomi, pangan, sosial hingga politik.
Baca Juga: Waspada, Musim Kemarau 2023 Diprediksi Lebih Awal dan Lebih Kering
Sejumlah anak muda pun menyampaikan testimoninya.
Koordinator Bidang Sosial dan Politik BEM UI 2023, Taffi Hensan Kurniawan
“Krisis iklim menjadi salah satu ancaman agresif bagi seluruh kehidupan makhluk di bumi. Pemerintah justru bangga menghadirkan solusi palsu yang sebenarnya hanya berpihak pada kepentingan segelintir elite. Solusi palsu tersebut seringkali dibungkus rapi dalam sebuah produk hukum, sehingga seakan-akan berpihak pada kepentingan rakyat.
Pada aksi ini, BEM UI mengecam segala tindakan pemerintah yang selama ini terus menggerus masa depan kaum muda melalui sistem ekonomi politik yang tidak mengedepankan masyarakat dan lingkungan. Kami juga mengajak seluruh kaum muda untuk bisa bergerak bersama mendorong dihadirkannya keadilan iklim yang sebenarnya di Indonesia. Kami menuntut pemerintah untuk segera melakukan tindakan pengendalian krisis iklim tanpa menghadirkan solusi palsu.”
Mahasiswa UIN, Nurfadhilah Febrismi
“Dampak dari krisis iklim adalah polusi udara yang sudah sangat dirasakan di kota besar seperti Jakarta. Sumber polusi udara sudah sangat jelas dari sumber-sumber energi fosil. Kecanduan kita pada energi fosil harus segera diputus. Simpelnya, solusi palsu dan solusi semu adalah solusi yang sebenarnya banyak mudharat ketimbang manfaatnya.
Baca Juga: Kasus Pencemaran Lingkungan, GM dan Direktur PT SIPP Terancam 10 Tahun Bui
Ketika Indonesia bertasbih untuk memulai bertransisi energi, maka pemilihan energi yang berkelanjutan, adil, dan bersih harus menjadi pilihan utama. Jangan sampai Indonesia menjawab isu krisis iklim dengan solusi palsu dan solusi semu yang dihijau-hijaukan oleh industri batu bara. Mitos batu bara murah harus kita hentikan.”
Juru Kampanye Walhi Nasional, Abdul Ghofar
“Kerentanan iklim di Indonesia itu relatif tinggi, diperparah dengan laju perusakan lingkungan atas nama pembangunan yang cepat. Sayangnya, masih banyak kebijakan yang kontraproduktif terhadap aksi iklim. Bahkan bisa membuat situasi krisis iklim semakin parah.
Discussion about this post