Rabu, 18 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Hasil Studi BRIN: Frekuensi Terbentuknya Siklon Seroja Dua Tahun Sekali

Siklon Seroja pada April 2021 lalu menelan korban ratusan jiwa. Dan ternyata frekuensi mekanisme terbentuknya bibit siklon itu lebih pendek, yakni 2 tahun sekali dari semestinya 100 atau 400 tahun sekali.

Senin, 3 April 2023
A A
Siklon Seroja tahun 2021. Foto bmkg.go.id.

Siklon Seroja tahun 2021. Foto bmkg.go.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Kejadian ekstrem secara waktu lebih lama karena memiliki setidaknya dua ciri: persisten atau bertahan lama dan sustain atau terus berlanjut. Secara skala spasial pun lebih luas karena mengacu pada gangguan cuaca skala sinoptik dalam rentang skala spasial ratusan hingga ribuan kilometer. Selan itu, dampak merusak dari suatu kejadian ekstrem bersifat katastropik atau massal, dapat menelan korban ratusan bahkan ribuan jiwa.

Baca Juga: Gempa Dangkal di Selatan Kota Denpasar Bali di Akhir Maret 2023

Kajian terbaru yang dilakukan tim di BRIN menunjukkan, kejadian ekstrem mengalami peningkatan karena faktor-faktor penyebabnya semakin intensif terjadi di Indonesia. Lantas, sejak kapan perubahan iklim itu terjadi?

Sejak tahun 1880 hingga 1979, suhu bumi tidak pernah mengalami anomali positif dengan tren yang terus meningkat. Padahal rentang waktunya sangat lama. Masa itu, anomali suhu global di atmosfer negatif atau mendingin. Baru sejak tahun 1940, suhu bumi mengalami fluktuatif. Anomalinya berubah positif – negatif lagi – naik sedikit positif lagi – mendingin lagi. Inilah yang dinamakan dengan Natural Variability Climate.

Namun sejak tahun 1980 sampai sekarang, para ilmuwan dunia memperhatikan peningkatan suhu yang naik sejak tahun tersebut tidak pernah turun lagi. Dari sinilah, para ilmuwan kemudian menemukan bahwa konsentrasi CO2 menjadi jawaban atas tidak menurunnya temperatur global.

Baca Juga: Presiden Jokowi Evaluasi Kawasan Bekas Tambang di Indonesia

“Sejak saat itu, manusia tidak berada lagi pada ranah variabilitas iklim. Melainkan ranah perubahan iklim,” kata Erma.

Perkiraan pemanasan global hingga Februari 2023 adalah 1,21 derajat celsius. Lantaran bumi sudah berada di domain perubahan iklim, tidak akan pernah ada lagi penurunan suhu.

“Itulah yang ingin diredam untuk memperlambat laju kenaikannya,” kata Doktor Sains Kebumian lulusan ITB tersebut. [WLC04]

Sumber: BRIN

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: BRINcuaca ekstremkejadian ekstremperubahan iklimsiklon Seroja

Editor

Next Post
Gempa Padang Sidempuan, Sumatera Utara, dengan magnitudo 6,4 pada Senin malam, 3 April 2023 pukul 21.59 WIB. Foto tangkap layar Google Earth pusat gempa Padang Sidempuan berdasarkan koordinat BMKG.

Ini Sumber Gempa Padang Sidempuan Magnitudo 6,4 Dirasakan Cukup Kuat

Discussion about this post

TERKINI

  • Akademisi Sekolah Bisnis IPB University, Nimmi Zulbainarni. Foto Dok. IPB University.Nimmi Zulbainarni, Penambangan Raja Ampat Abaikan Valuasi Ekonomi untuk Keberlanjutan Alam
    In Sosok
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Aksi bebaskan Sorbatua Siallagan di depan gedung Mahkamah Agung RI, 9 Mei 2025. Foto Dok. AMANSorbatua Siallagan Bebas, AMAN Harap MA Konsisten Adili Perkara Serupa
    In News
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Kepala PSA IPB University, Bayu Eka Yulian. Foto Dok. IPB University.Bayu Eka Yulian, Negara Harus Jujur Pertambangan di Pulau Kecil Langgar UU dan Hak Masyarakat Adat
    In Sosok
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Pulau kecil Wawonii yang terancam ekosistemnya akibat aktivitas tambang nikel. Foto jatam.org.Izin Pinjam Pakai Hutan untuk Tambang Nikel di Pulau Kecil Wawonii Dicabut
    In Lingkungan
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Tangkapan layar video yang menunjukkan kolom abu vulkanik yang membumbung tinggi dari erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 Juni 2025 sore. Foto BPBD Kabupaten Flores Timur.Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
    In Bencana
    Selasa, 17 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media