Alue Dohong juga menyatakan dukungannya atas posisi 70 negara berkembang lain yang tergabung dalam Like-Minded Countries (LMCs) untuk meminta COP-15 membentuk Global Biodiversity Fund untuk mengurangi gap pembiayaan dalam mengimplementasikan GBF.
Selama ini, Indonesia menerima bantuan kerja sama dalam pelaksanaan konservasi melalui Global Environment Facility (GEF). Namun besaran kontribusi GEF dalam pembiayaan nasional untuk konservasi masih sangat minim, yakni hanya 0,7 persen dari total kebutuhan pendanaan nasional untuk konservasi.
“Indonesia meminta komitmen lebih kuat dari negara-negara maju untuk meningkatkan kontribusi ke GEF secara signifikan, selagi negara-negara berkembang mencari alternatif funding melalui Global Biodiversity Fund,” ujar Alue Dohong.
Baca Juga: Analisis BMKG Gempa Mag5,3 Pesisir Barat Lampung
Secara nasional, lanjut Alue, Indonesia telah berhasil mencapai berbagai target konservasi dalam GBF. Indonesia juga mendukung penuh penyusunan GBF yang ambisius, tetapi pragmatis.
“Kita semua harus memahami tidak semua negara memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama. Tidak semua negara memiliki keahlian, teknologi, maupun kemampuan finansial yang dapat disandingkan dengan negara maju. Indonesia mendukung penuh penerapan CBDR melalui voluntary commitment yang menghormati penuh kondisi, prioritas, dan kapabilitas tiap-tiap negara,” tegas Alue Dohong pada sesi penutupan Sidang COP-15.
Hingga 2020, lebih dari 54 persen kawasan hutan sudah merupakan kawasan lindung. Sedangkan sekitar 8,7 persen kawasan penting laut sudah dilindungi secara hukum. Pemerintah Indonesia berencana menambah luasan kawasan lindung laut mencapai 32,5 juta hektare pada 2030 dan secara bertahap akan ditingkatkan menjadi 30 persen pada 2045.
Baca Juga: Populasi Badak Jawa di TNUK Bertambah, Menteri Siti Beri Nama LordZac
Di sela-sela sidang COP-15, Alue Dohong beserta delegasi juga melakukan berbagai pertemuan bilateral dengan menteri dan pejabat tinggi sejumlah negara, yaitu Kanada, Australia, Inggris, Jerman, dan Belanda.
Alue Dohong juga bertemu dengan perwakilan dari Institute Dayakologi. Dalam pertemuan tersebut, ia memberikan pemahaman mengenai posisi Indonesia yang memprioritaskan hasil COP-15 yang adil dan berkelanjutan serta mengakui CBDR. Serta meminta kontribusi nyata dari negara maju untuk meningkatkan komitmen pendanaan, transfer teknologi dan peningkatan kapasitas bagi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. [WLC02]
Sumber: Kementerian LHK
Discussion about this post