Sementara itu, Menteri Ekonomi, Perdangangan, dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Koichi, menyambut baik kerja sama guna membantu mempercepat pencapaian proses transisi energi di Indonesia.
“Jepang ingin membantu merealisasikan target tersebut melalui kerangka Asia Energy Transition Inisiative,” kata Haguida.
Baca Juga: Trend Asia: Larangan Ekspor Batu Bara Diduga PLN Terancam Krisis
Rincian kerja sama yang disepakati dalam MoC, meliputi, pertama, penyusunan roadmap transisi energi menuju emisi net-zero berdasarkan target nasional masing-masing. Kedua, pengembangan dan penyebaran teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis, antara lain hidrogen, bahan bakar amonia, carbon recycling, dan CCS/CCUS. Ketiga, mendukung upaya dalam forum multilateral untuk mempercepat kerja sama teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis, dan dukungan untuk pengembangan kebijakan, pengembangan sumber daya manusia. Keempat, berbagi pengentahuan tentang transisi energi dan teknologi yang digunakan.
Baca Juga: Buku Green Energy, Indonesia Belum Optimalkan Energi Baru Terbarukan yang Melimpah
Saat ini tengah berlangsung studi bersama antara Mitsubishi Indonesia Reperesentative dengan Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” mengenai co-combustion fuel ammonia pada PLTU (Pembangkit Listrik Energi Uap). Studi yang dijadwalkan selesai pada Januari 2022 ini bertujuan menilai kelayakan teknis dan ekonomis penggunaan ammonia untuk mensubstitusi sebagian batu bara sehingga umur operasional PLTU dapat dipertahankan.
“Jepang telah menjadi mitra penting perjalanan Indonesia menuju transisi energi. Kami percaya untuk mencapai NZE 2060, dengan tetap menjaga keamanan, akses, dan keterjangkauan energi,” imbuh Haguida. [WLC02]
Discussion about this post