“Kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di bagian tengah dan timur,” papar Dwikorita.
Baca Juga: BMKG, Nataru Bertepatan dengan Periode Musim Hujan 2022-2023
Selain hujan lebat, dinamika atmosfer yang kompleks juga berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada periode tanggal 21 – 27 Desember 2022. Adapun wilayah perairan Indonesia yang perlu diwaspadai adalah:
Pertama, Kategori Tinggi Gelombang 2,5 – 4,0 meter terjadi di Selat Malaka Bagian Utara, Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Nias, Perairan Kepulauan Mentawai, Perairan Barat Enggano Hingga Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatera, Selat Sunda, Perairan Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat, Samudra Hindia Selatan Banten, Samudra Hindia Selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Barat, Perairan Anambas – Natuna, Perairan Subi – Serasan, Laut Jawa Bagian Tengah dan Timur, Laut Sulawesi Bagain Tengah dan Timur, Perairan Utara Sulawesi, Perairan Kepulauan Sitaro Bagian Barat, Perairan Kepulauan Sangihe dan Talaud, Samudra Pasifik Utara Halmahera hingga Papua Barat.
Baca Juga: Sekitar 44,17 Juta Penduduk akan Lakukan Perjalanan untuk Perayaan Nataru
Kedua, Kategori Tinggi Gelombang 4,0 – 6,0 meter di Laut Natuna Utara, Samudra Hindia Selatan Jawa Barat, dan Tengah.
Dengan adanya prakiraan cuaca tersebut, Dwikorita meminta masyarakat terus memonitor informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. Mengingat risiko terjadi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi sangat besar terjadi.
“Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi risiko bencana hidrometeorologi. Dahan dan ranting pohon yang rapuh harus dipangkas serta menguatkan tegakan atau tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” papar Dwikorita.
Baca Juga: Analisis BMKG Gempa Mag5,3 Pesisir Barat Lampung
Pemerintah daerah juga perlu lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi. Selain itu, pemda juga harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Serta perlu digencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemda, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan atau pengurangan risiko bencana hidrometeorologi.
“Bagi penyedia transportasi penyeberangan dan masyarakat pengguna perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut,” imbuh Dwikorita. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post