Cara mengiradiasi makanan adalah produk pangan yang sudah diolah atau produk yang sudah dikemas langsung dapat diiradiasi dengan dilewatkan pada sumber radiasi tanpa harus membuka kemasan. Setelah produk keluar dari fasilitas iradiasi, produk siap didistribusikan sesuai perlakuan penyimpanan yang dibutuhkan.
Ashri menekankan syarat bahan pangan yang diiradiasi, yaitu bahan pangan yang berkualitas atau memiliki kualitas yang sesuai standar. Jika produk olahan pangan, maka harus memperhatikan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB/GMP).
Baca juga: Integrasi Sistem Pangan dan Pertanian Rendah Karbon Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Sejauh ini, iradiasi dapat dimanfaatkan di berbagai bidang, yaitu untuk sterilisasi peralatan medis, mencegah pertunasan pada produk pangan, aplikasi karantina atau fitosanitari, memperpanjang umur simpan, serta menjaga higienitas bahan herbal dan rempah-rempah.
Selain dapat mendukung ketahanan pangan nasional dan daya saing produk, aplikasi iradiasi juga berpotensi untuk membuka pasar global.
Iradiasi pangan di sektor pertanian seperti hortikultura, perkebunan, dan bahan pangan pokok yang dikonsumsi di dalam negeri maupun pasar global digunakan untuk fitosanitari maupun memperpanjang umur simpan.
Baca juga: Raden Wisnu, Perdagangan Orangutan karena Alasan Ekonomi hingga Hutan Primer Berkurang
Diharapkan iradiasi kratom
Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kalimantan Timur, Fitriansyah mengungkapkan kerja sama BRIN dengan Provinsi Kaltim dalam pengembangan teknologi nuklir sudah berlangsung cukup lama. Kedua pihak telah melakukan feasibility study pembangunan iradiator.
Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji menilai, teknologi ini mampu meningkatkan nilai tambah produk lokal serta mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pihaknya akan mendiskusikan usulan pengembangan teknologi iradiasi pangan bersama BRIDA Kaltim.
“Harapannya, kami mampu membangun fasilitas iradiasi sendiri di Kaltim sehingga produk unggulan lokal bisa langsung diekspor ke luar negeri,” jelas Seno.
Baca juga: Limbah Nikel dan Abu PLTU untuk Bahan Bangun Infrastruktur
Mengingat beberapa produk lokal Kaltim masih harus menjalani proses iradiasi di Surabaya sebelum diekspor. Dengan adanya fasilitas di daerah, jalur distribusi ekspor bisa lebih efisien.
Selain sektor perikanan, produk unggulan seperti kratom, kakao dari Berau, dan pisang kepok dari Kutai Timur diharapkan menjadi komoditas ekspor andalan setelah melalui proses iradiasi.
Selain sektor pangan, Seno menyoroti potensi logam tanah jarang (LTJ) serta sumber daya alam lainnya di Kaltim yang dapat mendukung pengembangan teknologi nuklir di masa depan.
“Bahan baku teknologi nuklir di Kaltim banyak. Dengan dukungan BRIN dan BRIDA, kita bisa mengkajinya lebih lanjut, seperti potensi thorium. Saya yakin, dengan bahan baku yang ada, membangun teknologi nuklir di Kaltim akan lebih mudah,” imbuh dia. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post