Sabtu, 24 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Jejak Hutan Purba di Cagar Alam Ceding

Jika Ceding hilang, maka bukan hanya pohon-pohon dan satwa yang lenyap, tetapi juga termasuk bagian sejarah Bumi yang tak akan pernah bisa digantikan.

Rabu, 2 April 2025
A A
Cagar alam Ceding di Bondowoso, Jawa Timur. Foto Dok. BBKSDA Jatim.

Cagar alam Ceding di Bondowoso, Jawa Timur. Foto Dok. BBKSDA Jatim.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Di sudut timur Pulau Jawa, tersembunyi sebuah lanskap yang seolah luput dari pandangan dunia. Cagar Alam Ceding, yang telah berdiri sejak era Hindia Belanda pada 9 Oktober 1920. Melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor GB 45 Stbld 726, cagar ala mini adalah sisa terakhir dari sebuah ekosistem yang telah menyaksikan pergulatan waktu.

Berlokasi di Dusun Belawan, Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, dengan luas 4,549 hektare yang tak seberapa dibanding bentang hutan lain di Nusantara. Namun, di dalamnya masih dipenuhi pepohonan purba, jurang yang menganga, dan tanah vulkanis yang membentuk dasarnya.

Di sinilah alam berbicara dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang cukup sabar untuk mengamati. Desiran angin di pucuk Gintungan (Biscovia javanica), Gondang (Ficus variegatta), dan Suren (Toona sureni) membentuk kanopi yang menaungi semak belukar di bawahnya.

Di antara celah-celah batang pohon, beberapa jenis anggrek berbagi ruang dalam sebuah simbiosis dengan pepohonan tua yang telah berdiri kokoh selama puluhan hingga ratusan tahun. Pakis-pakisan dan ilalang menutupi lantai hutan, menghadirkan lanskap hijau yang menjadi rumah bagi berbagai hidupan liar.

Namun, di balik keheningan ini, ada satu kenyataan tak terbantahkan. Bahwa Ceding adalah bentang alam yang rapuh. Ibaratnya, satu goresan saja dapat menggoyahkan keseimbangannya yang telah terjaga selama berabad-abad.

Bentang alam liar

Dari kejauhan, Ceding mungkin tampak seperti sekadar gugusan hijau yang membaur dengan lanskap Bondowoso. Tetapi begitu seseorang menapaki tanahnya, lanskap ini menunjukkan sisi liarnya. Topografi ekstrem menjadi ciri khasnya. Di sisi selatan, tanahnya masih relatif datar, tetapi semakin ke utara, berubah menjadi gugusan perbukitan yang menjulang dengan kelerengan lebih dari 45 derajat.

Di bagian utara, jurang setinggi 40 meter menjadi batas alam yang tak tertembus. Tebing-tebing curam ini seperti benteng alami yang melindungi rahasia di dalamnya. Di beberapa titik, tanah terbuka menampakkan jejak letusan gunung purba tanah andosol, regosol, dan aluvial, semua terbentuk dari abu dan pasir vulkanis yang telah mengendap selama ribuan tahun.

Dan di bawah tanah, kehidupan lain tengah bekerja. Sumber air panas alami yang muncul di beberapa titik menjadi tanda bahwa Ceding bukan hanya tentang daratan yang kokoh. Melainkan juga tentang arus panas yang bergerak di dalam perut bumi, memberikan nyawa bagi ekosistem di atasnya.

Jejak hutan purba yang bertahan

Di tengah perbukitan ini, berdiri pohon-pohon yang seakan menjadi saksi perputaran zaman, menancapkan akarnya dalam-dalam ke tanah yang kaya mineral. Di bawah kanopi mereka, tumbuhan bawah seperti pakis raksasa, talas liar, dan suplir menciptakan lapisan hijau yang menjaga kelembaban tanah.

Namun, kekayaan Ceding bukan hanya soal pepohonan raksasa. Dunia yang tak terlihat tersembunyi di batang-batang lapuk dan lumut-lumut yang menyelimuti bebatuan juga memainkan perannya. Liana seperti poncosudo (Jasminum multiflorum) menjalar di antara pohon-pohon tinggi, menciptakan jaring alami yang menghubungkan satu tegakan ke tegakan lain. Seakan ingin membuktikan bahwa bahkan dalam keheningan, kehidupan tetap mencari jalannya.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: bentang alamCagar Alam Cedinghutan purbaKabupaten Bondowoso

Editor

Next Post
Para rimbawan berdiri dengan latar belakang pohon Ficus raksasa di Cagar Alam Manggis Gadungan. Foto Dok. BBKSDA Jatim.

Cagar Alam Manggis Gadungan Jadi Pusat Ficus Nasional

Discussion about this post

TERKINI

  • Rumah rusak akbat gempa bumi M6,3 di Bengkulu, 23 Mei 2025 dinihari. Foto Dok. BPBD Bengkulu.Gempa Bumi M6,3 Guncang Bengkulu, 34 Unit Bangunan Rusak
    In Bencana
    Jumat, 23 Mei 2025
  • Dampak puting beliung di Kabupaten Kuantan Sengigi, Riau, 21 Mei 2025. Foto BPBD Kuantan Sengigi.Dalam 24 Jam, Sebanyak 42 Bencana Hidrometeorologi Landa Tanah Air
    In Bencana
    Kamis, 22 Mei 2025
  • Pusat gempa dangkal 5,2 magnitudo yang mengguncang Kota Mataram, Lombok Barat, pada Minggu, 18 Mei 2025. Foto tangkap layar Google Earth berdasarkan koordinat gempa BMKG.Kota Mataram Diguncang Lindu 5,2 Magnitudo Dirasakan Skala III MMI
    In News
    Minggu, 18 Mei 2025
  • Ilustrasi manusia terdampak cuaca panas ekstrem. Foto Franz26/pixabay.com.Riset BRIN, Perubahan Iklim Picu Penyebaran Penyakit TB, Stroke hingga Infeksi Menular karena Air
    In IPTEK
    Jumat, 16 Mei 2025
  • Warga Rempang berkumpul, berpantun, berorasi dan bersalawat untuk menolak relokasi. Foto Istimewa.Rekomendasi Pakar Sosioagraria, Kebijakan PSN Pulau Rempang Harus Dievaluasi Total
    In Lingkungan
    Jumat, 16 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media