Senin, 27 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Jelantah, Potensial Jadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan untuk Pesawat Terbang

Sustainable Aviation Fuel (SAF) mampu menurunkan emisi CO2 sekitar 718 Mega Ton CO2 pada 2050 dan kebutuhan SAF diperkirakan sekitar 449 Miliar Liter secara global dalam satu tahun.

Minggu, 20 April 2025
A A
Pertamia menyediakan tempat untuk mengumpulkan jelantah. Foto Pertamina Retail.

Pertamia menyediakan tempat untuk mengumpulkan jelantah. Foto Pertamina Retail.

Share on FacebookShare on Twitter

Menurut dia, Indonesia perlu ekosistem yang terintegrasi, mulai dari pengadaan bahan baku, kemudian kemampuan untuk memproduksi di kilang terbaru. Perlu membangun New Energy Integrated Terminal (NIT) SAF di Indonesia agar bisa memiliki kemampuan ekspor.

Baca juga: TPA Benowo, Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik di Surabaya

“Kami sedang merencanakan untuk menyuplai ke bandara Denpasar dan Cengkareng. Harapannya, kami bersama Pelita Airllines, Garuda, dan maskapai lainnya dapat membuat ekosistem SAF di tanah air,” jelas dia.

Sigit Setiawan dari PT Pertamina Patra Niaga menambahkan, Pertamina telah memiliki sarana dan prasarana yang telah mapan di seluruh rantai nilai bisnis. Masing-masing memiliki peran dalam pengembangan bisnis bahan bakar pesawat berkelanjutan (SAF).

Perlu ada sertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) di setiap jenis dan tahapan mulai dari sisi hulu, yaitu pengumpulan minyak jelantah baik perusahaan atau badan usaha, tahap pengolahan di kilang, hingga tahap distribusi, penyimpanan, dan penjualan yang ditangani Pertamina Patra Niaga.

Baca juga: Empat Provinsi Dilanda Bencana Hidrometeorologi, Waspada Masa Pancaroba

“Ini diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab atas emisi yang dihasilkan,” jelas dia.

Sementara Setiady Goenawan dari Asosiasi Eksportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI) mengatakan, SIMIJEL telah bekerja sama dengan Veriflux dalam memastikan data ketertelusuran yang disimpan dapat sinkron dan diakui oleh Environtmental Protection Agency (EPA) Uni Eropa. AEMJI sendiri telah mendukung kegiatan ekspor minyak jelantah selama 17 tahun ke berbagai negara seperti negara-negara di Eropa, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Perlu regulasi pengumpulan jelantah

Tak hanya potensi jelantah Indonesia cukup besar, Ketua Asosiasi Pengumpul Jelantah untuk Energi Baru Terbarukan Indonesia (APJETI) Matias Tumanggor juga mengklaim kualitasnya terbaik nomor 1 di dunia.

Baca juga: Waspada, Gempa Bumi Besar di Manila Dapat Pengaruhi Kestabilan PLTN di Kalimantan

“Ini berdasar pengakuan dari mitra di luar negeri. Dan dibuktikan masyarakat Indonesia dengan sertifikasi halal yang dimiliki setiap hotel, restoran, dan kafe. Bahan yang mereka gunakan 95 persen minyak goreng berbahan nabati, karena asasnya adalah halal,” ujar Matias.

Namun ada tantangan pengumpulan minyak goreng bekas dengan berbagai latar belakangnya. Bahwa sampai saat ini, jelantah belum dimanfaatkan oleh negara. Baru digunakan untuk bahan-bahan lokal yang lain, seperti bahan baku, bahan lilin, dan sebagainya. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak goreng.

“Kami mengumpulkannya sejak 2010. Otomatis produksinya akan meningkat,” imbuh dia.

Baca juga: KKP Minta Kapal Perikanan dan Nelayan Dipasang Sistem Pemantauan Kapal

Kemudian, belum ada regulasi tentang tata kelola penanganan minyak goreng bekas atau jelantah. Menurut dia sangat penting, karena berhubungan dengan kesehatan lingkungan dan energi. Regulasi harga dari pemerintah juga diperlukan agar ada ketetapan harga bagi para pengumpul minyak jelantah secara langsung kepada pihak produsen.

“Karena belum ada regulasi, sering terancam aparat di lapangan karena selalu dituduh melakukan penyalahgunaan,” imbuh dia.

Juga tantangan terkait ketidakpastian pemanfaatan dalam negeri, pelaku usaha yang tidak terorganisir dan ilegal.

Baca juga: Sudrajat, Dorong Petani Punya Saham Industri Kelapa agar Dapat Nilai Tambah

“Untuk mengatasinya, kami memiliki strategi pengumpulan dengan melahirkan pelaku usaha yang teredukasi dan terorganisir dari desa sampai provinsi,” kata dia.

Caranya dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, merangkul dan bersinergi dengan komunitas, organisasi masyarakat, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) atau daerah. Juga memperluas wilayah pengumpulan sampai ke pelosok desa.

Selama ini, pihaknya menerima produk jelantah sebagai sumber penghasil UCO dari rumah tangga dengan Bank Sampah atau langsung door to door. Juga dari sektor industri yang bergerak di bidang makan dan minuman, seperti hotel, restoran, dan kafe.

Baca juga: Hari Jadi ke-173, Kebun Raya Cibodas Menambah Koleksi Pohon Pinus

Kemudian UMKM dan kantin, serta industri pertambangan. Ada juga pedagang kaki lima (PKL) gorengan dalam penanganan sampah ampas penggorengannya, dan kerupuk atau keripik yang kadaluarsa.

Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memetakan rantai pasok minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) dari hulu ke hilir, serta mengidentifikasi tantangan dalam pengumpulan UCO. Juga mengidentifikasi inovasi teknologi pengumpulan, menyusun strategi untuk meningkatkan kapasitas pengumpulan serta mendiskusikan potensi permintaan dan implementasi SAF. [WLC02]

Sumber: BRIN

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: BRINjelantahNet Zero Emmission 2050Sustainable Aviation FuelUsed Cooking Oil

Editor

Next Post
Penerapan teknologi IPHA di lahan pertanian di Jawa Barat. Foto Dok. Kementerian PU.

Teknologi IPHA Hemat Air dan Meningkatkan Produktivitas Padi, Tapi Rentan Hama Tikus

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media