Baca juga: Bersepeda, Kampanye Melawan Pencemar dan Merebut Kembali Langit Biru Indonesia
“Tadi (Selasa) pagi jam tujuh, tim sudah berangkat lagi. Helikopter ini diupayakan dapat melakukan evakuasi,” ujar Raja Juli.
Ia juga meminta doa agar cuaca Selasa itu cerah sehingga proses evakuasi dapat berjalan dengan baik. Sebab, proses evakuasi sebelumnya diketahui sempat mengalami kendala karena medan dan kerap terjadi badai di lokasi.
“Mohon doa kepada semua rakyat Indonesia dan dunia, agar cuaca hari ini baik. Tim rescue dapat turun dan cuaca memungkinkan agar air lifting bisa dilakukan,” ucap dia.
Baca juga: Baru 19 Persen Wilayah di Indonesia Memasuki Musim Kemarau
Kronologi evakuasi korban
Sebelumnya, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Kehutanan, Satyawan Pudyatmoko menyampaikan, bahwa proses evakuasi sudah dilakukan sejak awal. Upaya tersebut bentuk keseriusan pemerintah dalam melakukan evakuasi.
“Bahkan Pak Menteri sendiri langsung berkordinasi dengan Kepala Basarnas, Kapolda dan Gubernur NTB untuk memastikan keselamatan proses rescue,” ujar Satyawan di Jakarta, Senin, 23 Juni 2025.
Namun proses evakuasi yang melibatkan banyak pihak, seperti Balai TNGR, TNI, Polri, BPBD, Damkar, hingga relawan mengalami kendala karena kondisi cuaca berkabut, badai besar dan medan sulit. Akibatnya, tim evakuasi yang diketahui telah turun pada kedalaman 200 meter harus kembali naik karena ada badai.
Baca juga: KKP Larang Jual Beli Pulau, Tapi Boleh Dimanfaatkan Pemodal Luar dan Dalam Negeri
“Kondisi kemarin, kabut sangat tebal menyulitkan tim untuk melakukan pencarian,” tutur dia.
Satyawan mengimbau para pendaki untuk tetap mengutamakan keselamatan dalam pendakian.
“Saya mengimbau agar para pendaki tetap mengutamakan keselamatan dalam pendakian,” imbuh dia.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, korban melakukan pendakian melalui pintu Sembalun pada tanggal 20 Juni 2025 bersama dengan 12 orang lainnya.
Baca juga: Ada Temuan Tujuh Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
Korban dilaporkan terjatuh ke arah Danau Segara Anak, Sabtu, 21 Juni 2025 sekitar pukul 06.30 Wita. Posisi korban diperkirakan pada kedalaman 150-200 meter, tepatnya di titik Cemara Nunggal yang merupakan jalur menuju puncak Rinjani.
Laporan Balai TNGR menyebutkan, tim gabungan mulai melakukan pelacakan lokasi korban menggunakan drone thermal, Senin, 23 Jumi 2025, pukul 06.00 WITA. Sebab kondisi cuaca yang setiap saat selalu berubah, meskipun cuaca pagi itu terpantau cerah.
Sekitar pukul 06.30 WITA, korban ditemukan terpantau melalui drone thermal dalam posisi tersangkut di tebing batu. Secara visual dalam keadaan tidak bergerak.
Pukul 10.06 Wita, satu orang dari tim rescuer turun dari punggungan dengan delapan orang personil, terdiri dari 3 orang anggota Basarnas, 4 orang anggota SAR Unit Lotim dan 1 orang anggota Brimob.
Baca juga: Ada Izin Tambang di Pulau Kecil Citlim di Kepulauan Riau
Tim kemudian menurunkan kembali dua orang untuk memeriksa lokasi pemasangan anchor kedua pada kedalaman 350 meter. Namun usai dilakukan pengamatan, ternyata di lokasi tebing pertama tidak bisa membuat achor karena ada dua overhang sebelum bisa menjangkau korban. Tim rescue harus melakukan climbing untuk bisa menjangkau lokasi korban.
Pukul 14.30 WITA, tim melakukan rapat evaluasi bersama Gubernur NTB, Wakil Gubernur NTB, Asisten II dan Kepala BPBD NTB secara daring. Berdasarkan keputusan rapat, Gubernur NTB mendorong proses evakuasi dilakukan secepatnya dengan mempergunakan helikopter. Alasannya, golden time seseorang untuk bertahan di alam terbuka 72 jam.
Sementara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyatakan prihatin atas kecelakaan pendakian Gunung Rinjani tersebut. Kemenpar menegaskan bahwa keselamatan wisatawan adalah prioritas utama. Juga memerintahkan seluruh instansi untuk memperkuat SOP dan pengawasan pemanduan di destinasi ekstrem. [WLC02]
Sumber: Basarnas, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pariwisata
Discussion about this post