Wanaloka.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau dan sekitarnya masih tinggi. Menyusul puncak musim kemarau yang terjadi di sana lebih awal dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
“Puncak musim kemarau di Riau berlangsung pada Juli, berbeda dengan mayoritas wilayah Indonesia yang puncaknya terjadi pada Agustus. Jadi Riau sedang dalam masa paling rawan terjadinya karhutla,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam rapat koordinasi penanganan karhutla di Pekanbaru, Riau, Rabu, 23 Juli 2025.
Berdasarkan prakiraan iklim BMKG, curah hujan di wilayah Riau selama dasarian III Juli hingga dasarian I Agustus diprediksi berada pada kategori rendah di bawah 50 mm. Bahkan sebagian wilayah di bawah 20 mm. Curah hujan baru diperkirakan mulai meningkat pada dasarian II Agustus.
Baca juga: Lahan Konservasi Gajah dari Prabowo, Pakar Ingatkan Kepastian Status Lahan dan Kesesuaian Habitat
Kondisi kekeringan ini diperparah dengan terbatasnya pertumbuhan awan hujan, sehingga memperkecil peluang pemadaman melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
“Hari ini, awan sangat minim. Namun semalam, kami bersyukur bisa melakukan penyemaian hingga pukul 21.00 WIB untuk menabung air agar melembabkan lahan gambut,” ujar dia.
Potensi kebakaran lahan di Riau berada pada tingkat sangat tinggi sejak 23 hingga 24 Juli. Kemudian menurun sementara pada 25 dan 26 Juli, namun kembali meningkat pada akhir Juli.
Baca juga: Lebih Dua Dekade, Baleg dan Komisi XIII DPR Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat
Data tak akurat
BMKG juga mengingatkan agar data hotspot perlu dianalisis secara cermat.
“Tidak semua hotspot dari satelit luar negeri itu akurat. Bahkan ada yang hanya akibat refleksi panas permukaan, bukan dari kebakaran lahan,” jelas Dwikorita.
Ia menegaskan, sistem satelit dalam negeri seperti SiPongi lebih bisa diandalkan. Sebab mampu membedakan tingkat kepercayaan titik panas dan memantau secara real-time.
Deputi Bidang Modifikasi Cuacai BMKG, Tri Handoko Seto menambahkan, Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) di lahan gambut Riau saat ini sudah mencapai rata-rata 1 meter di bawah permukaan.
Baca juga: Fondasi Gedung Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya Sedalam 30 Meter
“Target kami, dalam sepekan ke depan, TMAT bisa naik hingga di atas 40 cm. Ini penting agar lahan tidak mudah terbakar,” ujar dia.
Discussion about this post