Pelatihan tersebut juga bertujuan membangun kesadaran, keterampilan, serta komitmen jangka panjang dalam menjaga dan mengelola warisan budaya bawah air secara berkelanjutan. Dengan keterlibatan berbagai pihak dari akademisi, praktisi, pemerintah daerah, maupun komunitas lokal, Nyoman berharap dapat terciptanya sistem pengelolaan yang lebih baik dan sesuai dengan standar internasional.
“Jika kami dapat mengelola dan menjaga warisan ini dengan baik, maka kami juga turut berkontribusi dalam pengembangan sektor eduwisata berbasis budaya maritim. Akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Belitung,” kata Nyoman.
Koordinator Kegiatan Nia Naelul Hasanah Ridwan dari BPPSDM KP-Flinders University dalam laporannya mengatakan, pelatihan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM konservasi dan pengelolaan warisan budaya bawah air di Belitung. Serta sebagai bagian dari rangkaian Project “Revisiting Salvaged and Looted Shipwreck Sites in Indonesia: An Integrated Management Framework for Safeguarding Underwater Cultural Heritage”.
Baca juga: YLBHI Tolak UU Minerba Baru, Memuluskan Perampasan Tanah Rakyat hingga Kooptasi Kampus
Pelatihan ini juga merupakan salah satu implementasi kegiatan “Integrated Initiative for Underwater Cultural Heritage Preservation, Marine Ecosystem Environment, and Coastal Community Development”.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memastikan pengelolaan warisan budaya tanah air dilakukan secara optimal. Pengelolaan tidak hanya mengedepankan sisi ekonomis, tapi juga keberlanjutan dan warisan sejarah yang ditinggalkan. [WLC02]
Sumber: KKP
Discussion about this post