Wanaloka.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan monitoring gletser di Puncak Sudirman, Pengunungan Jayawijaya, Papua pada 11-15 November 2024. Hasilnya, terjadi penurunan signifikan baik luasan maupun ketebalan es ‘salju abadi’ yang ada di Puncak Sudirman.
“Tahun ini kami lakukan survei lagi. Melihat penurunan tebal es dari tahun ke tahun kian menipis. Hasilnya, terjadi penurunan luas permukaan es yang sangat signifikan. Kami berusaha mendokumentasikan kepunahan es di Papua karena kami sudah dalam tahap sulit mempertahankannya lagi,” kata Koordinator Bidang Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG Donaldi Sukma Permana dalam tayangan video singkat 8:58 menit berjudul “Salju yang Tak Lagi Abadi : Menyaksikan Hilangnya Keajaiban Indonesia”.
Ia menjelaskan luasan tutupan es pada tahun 2024 menyusut 0,11-0,16 kilometer persegi dari 0,23 kilometer persegi pada 2022. Kondisi ini menjadi sinyal buruk bagi Indonesia karena tidak lama lagi salju abadi di Pegunungan Jayawijaya akan punah dalam beberapa tahun mendatang.
Baca Juga: Ada Terowongan untuk Lintasan Satwa Liar di Tol Akses IKN
Adapun penyebab utama pencairan es di Pegunungan Jayawijaya adalah laju perubahan iklim yang kian tidak terkendali. Fenomena El Nino juga turut mempercepat kepunahan tutupan es.
Indonesia sendiri menjadi salah satu lokasi unik di wilayah tropis karena memiliki salju abadi. Salju abadi di Pegunungan Jayawijaya adalah sebuah keajaiban alam yang menarik banyak perhatian dari kalangan ilmuwan, peneliti, serta pecinta alam. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, dilaporkan terjadi penurunan drastis luas area salju abadi tersebut.
Sementara Staf Bidang Standardisasi Instrumen Meteorologi BMKG Najib Habibie menjelaskan hasil monitoring tahun ini menunjukan ketebalan es di Puncak Sudirman hanya tinggal empat meter saja. Data ini didapatkan setelah pada tahun 2023 sebanyak 14 stake (alat pengukur ketebalan es) sudah tersingkap.
Discussion about this post