Wanaloka.com – Terhitung kurang lebih 45 tahun, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Masyhuri mengabdikan diri sebagai pengajar di bidang sosial ekonomi pertanian. Sepanjang kariernya, ia aktif dalam berbagai penelitian strategis, terutama terkait ketahanan pangan.
Ia pernah dianugerahi Adhikarya Pangan Nusantara dari Presiden atas kontribusinya dalam riset ketahanan pangan nasional. Namun, dibalik pencapaiannya itu, ada satu hal yang masih mengganjal di hatinya.
“Saya masih bersedih hati karena belum punya konsep yang benar-benar bisa mensejahterakan petani,” tuturnya lirih di Sarasehan Purna Tugas dirinya yang digelar dengan penuh kehangatan dan kesederhanaan di Auditorium Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM, Sabtu, 1 Februari 2025.
Baca juga: Sikap Dosen Soal IUP untuk Kampus: Menolak, Mengkaji dan Ingatkan Potensi Moral Hazard
Ia menegaskan bahwa kesejahteraan petani harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan pertanian, termasuk melalui kepemilikan lahan yang layak. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya inovasi teknologi dalam pertanian, termasuk pemanfaatan air laut untuk budidaya tanaman tanpa menurunkan produktivitas lahan.
“Indonesia harus mengembangkan teknologi irigasi air laut agar tanah kering dan gersang tetap bisa ditanami. Bukan bergantung pada air tawar,” imbuh dia.
Masyhuri dikenal sebagai sosok akademisi cerdas dan berdedikasi yang telah mengabdikan dirinya selama lebih dari 45 tahun di bidang ekonomi pertanian. Dalam cerita kilas baliknya, Masyhuri mengenang perjalanan hidup yang penuh tantangan.
Baca juga: Menhut akan Cabut PBPH 18 Perusahaan Demi Swasembada Pangan
Semasa di bangku sekolah dasar, ia sempat mengalami perundungan, kemudian harus mengalah dengan adiknya dalam memilih sekolah menengah. Namun, setiap tantangan justru membentuknya menjadi pribadi yang semakin kuat.
Ia juga mengungkapkan kisah unik di balik keputusannya masuk Fakultas Pertanian UGM. Bahwa sebenarnya, ia diterima di Teknik Geodesi dan Teknik Sipil UGM. Namun ayahnya tidak mampu membeli meja gambar.
“Akhirnya, saya diarahkan untuk memilih pertanian yang menjadi pilihan ketiga saya. Ternyata, ini jalan hidup yang sudah digariskan untuk saya,” kisah dia.
Baca juga: Banjir Bandang di Bima Memakan Korban Saat Masa Perpanjangan Darurat Kedua
70 tahun purna tugas
Masyhuri memasuki masa purna tugas tepat pada usia ke-70 tahun. Sebagai bentuk penghormatan atas perjalanan panjangnya di dunia akademik, kegiatan sarasehan ini menjadi momen berkesan yang juga dihadiri kolega, mahasiswa, dan alumni-alumni hasil didikannya dari berbagai kampus. Ada Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Institut Pertanian (Instiper), hingga perguruan tinggi di luar Pulau Jawa.
Dekan Fakultas Pertanian UGM, Jaka Widada menyampaikan apresiasi mendalam atas dedikasi Masyhuri dalam dunia pendidikan. Menurut dia, Masyhuri bukan hanya seorang pengajar, tetapi juga pembentuk masa depan banyak generasi ahli ekonomi pertanian di Indonesia.
Discussion about this post