Pengunjung yang datang bisa belajar soal jenis kopi di sana, cara pengolahannya, lalu nanti bisa menikmati kopi sambil menikmati keindahan alam yang ada. Ia menggaungkan dua potensi itu bekerjasama dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat.
Proses branding turut menjadi tugas Yani dan tim yang berada pada divisi ekonomi lingkungan. Mengingat warga kurang memahami teknologi kekinian dengan baik.
Baca Juga: Antisipasi Gagal Panen, Petani Kopi dan Cabai Perlu Literasi Soal Iklim dan Cuaca
“Jadi dari video promosi desa wisata, desain, sampai konsep berupa paket wisata yang ditawarkan kami bantu,” terang Yani.
Meski memiliki latar belakang budaya yang berbeda, tapi Yani tidak memiliki banyak kesulitan dalam berkomunikasi serta berkoordinasi dengan masyarakat setempat.
Baca Juga: Solidaritas Akademisi Menolak Konsinyasi untuk Warga Wadas
“Ini pengalaman yang menarik, berkesan, dan pertama karena pengabdian masyarakat dengan lokasi cukup jauh. Semoga apa yang sudah dilakukan bisa memberikan dampak berkelanjutan kepada masyarakat Desa Kuta Jungak,” papar mahasiswa Ilmu Komunikasi itu.
Sementara berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kuta Jungak merupakan salah satu dari 500 desa yang terdaftar dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Untuk potensi wisata yang ada adalah wisata alam, seperti susur sungai Lae Angkat, puncak Uruk Rimo Beras View, juga air terjun Sipitu-pitu. [WLC02]
Sumber: Universitas Airlangga
Discussion about this post