“Terus, ide untuk membuat ‘kampung warna-warni’ muncul, lalu saya gambar ulang secara digital. Nah, sekarang baru bisa terwujud,” papar dia.
Proses pengerjaan mural yang memakan waktu 17 hari ini melibatkan sekitar 200 orang pekerja dari berbagai elemen masyarakat.
Baca juga: Makanan Tambahan dengan Daun Kelor, Gizi Balita Stunting di Gunungkidul Alami Perbaikan
Setiap kali bepergian dan melihat ruang atau bangunan menarik, ia selalu membuat simulasi digital atau manual dalam proses pewarnaan untuk melatih imajinasi. Salah satunya yang akhirnya terealisasi adalah karya mural tersebut.
Berbeda dari mural biasa, karya tersebut bersifat seperti lukisan utuh yang saling terhubung antar rumah. Ia menekankan bahwa pendekatan seninya tidak menggunakan pola satu rumah satu warna, melainkan setiap bidang memiliki detail tersendiri yang saling menyatu membentuk visual besar yang harmonis.
Captain John mengatakan bahwa terwujudnya karya Lembur Katumbiri ini merupakan hasil kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari Pemerintah Kota Bandung hingga masyarakat sekitar.
Baca juga: Perumusan Kebijakan Energi Nasional Jangan Abaikan Masyarakat Adat
“Kolaborasi ini bukti, bahwa karya seni dapat tumbuh dari semangat gotong royong serta dukungan kolektif warga sekitar dalam mewujudkan ruang tematik yang inspiratif,” tutur dia.
Adapun tema lukisan yang diangkat dalam Lembur Katumbiri membawa nilai edukasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satunya, gambar ceplok telur dan ayam, sebagai simbol pentingnya asupan gizi yang terjangkau.
“Nilai-nilai gizi yang murah dan bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat,” ujar Captain John.
Baca juga: Lokasi Penemuan 19 Pohon Ganja di Areal Penggunaan Lain di Kerinci
Ia menegaskan harapan agar seni juga menjadi media penyampai pesan kesehatan yang harus diupayakan oleh seluruh golongan masyarakat.
Melalui kehadiran Lembur Katumbiri, karya seni ini diharapkan tidak hanya memperindah kawasan, tetapi juga memberikan dampak multiplier bagi masyarakat sekitar, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Captain John pun berpesan kepada para pengunjung agar turut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar sehingga kawasan ini dapat terus menjadi ruang wisata tematik yang inklusif, inspiratif, dan membanggakan Kota Bandung. [WLC02]
Sumber: ITB







Discussion about this post