Wanaloka.com – Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Pusat Riset Kesejahteraan Desa dan Konektivitas (PRKSDK) BRIN, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Gunungkidul, Puskesmas Karangmojo 2, PT BPR Bank Daerah Gunungkidul, serta warga Kalurahan Kelor dan Wiladeg melakukan riset mengenai intervensi pangan lokal diperkaya daun kelor untuk mencegah stunting pada balita di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam riset itu, selama tiga bulan, sebanyak 33 balita stunting usia 13-59 bulan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menerima Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Makan tersebut diperkaya daun kelor dalam bentuk kudapan lokal seperti nugget ayam tempe, sempol, bakso, dimsum, sosis dan bolu kukus.
Kudapan ini diproduksi ibu-ibu (PKK, UMKM, kader Posyandu) yang telah mendapat pelatihan. Pemberian kepada anak balita sesuai pedoman Kementerian Kesehatan 2023 tentang Penyusunan PMT Lokal.
Baca juga: Perumusan Kebijakan Energi Nasional Jangan Abaikan Masyarakat Adat
“Hasilnya cukup menggembirakan. Sebanyak 44,83 persen balita mengalami peningkatan kadar hemoglobin dan 68,97 persen sudah mencapai kadar Hb normal. Juga terjadi perbaikan status gizi balita berdasarkan berat badan per tinggi badan,” jelas Peneliti PRTPP BRIN, Dini Ariani dalam kegiatan NgajiTekProp Seri #20 secara daring, Rabu, 7 Mei 2025.
Tak hanya memberikan hasil secara klinis, riset ini juga menguatkan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan gizi berbasis potensi lokal. Proses edukasi dan pendampingan dilakukan secara berkesinambungan, termasuk pelatihan kepada ibu-ibu tim pemasak dan kader posyandu tentang pengolahan pangan lokal diperkaya daun kelor yang lezat, bergizi, dan diterima oleh balita.
Ketua IDI Gunungkidul, Diah Prasetyorini menyampaikan pendekatan kolaboratif seperti ini bisa menjadi model nasional.
Discussion about this post