“Akademisi memiliki peran penting dalam menyediakan data ilmiah yang akurat untuk mendukung kebijakan pencegahan dan penanggulangan zoonosis. Riset vaksin menjadi salah satu fokus kami untuk mengurangi dampak penularan,” kata dia.
Diskusi berlangsung dinamis dengan banyak pertanyaan dari peserta mengenai tantangan di lapangan, terutama dalam pengelolaan habitat satwa liar dan upaya mitigasi risiko zoonosis di kawasan konservasi. Selain memperkuat kesadaran peserta, acara ini juga menghasilkan kesepakatan untuk mempererat jejaring kerja antara BBKSDA Jatim, universitas, dan organisasi internasional.
Kegiatan ini menjadi ajang pertemuan penting antara akademisi, praktisi konservasi, mahasiswa, dan masyarakat umum dalam menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks.
Baca juga: Kekayaan Warisan Budaya Bawah Air di Perairan Belitung
Di akhir sesi, semua pihak sepakat bahwa pencegahan zoonosis bukanlah tugas satu sektor saja. Dibutuhkan kesadaran kolektif dan aksi nyata untuk menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi satwa liar, dan pada akhirnya, melindungi manusia dari potensi pandemi yang dapat muncul dari alam yang terganggu.
Acara ini diharapkan menjadi langkah awal kolaborasi berkelanjutan dalam upaya konservasi dan pencegahan zoonosis di Jawa Timur, memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. [WLC02]
Sumber: KSDAE
Discussion about this post